Cerita Aremania Probolinggo Selamat Tragedi Kanjuruhan: Sebelum Ada Gas Air Mata Sudah Ada Pukulan Aparat

Seorang penyintas tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu menceritakan pengalamannya saat berusaha keluar dari kepulan asap gas air mata yang memenuhi tribun.

Muhammad Taufiq
Rabu, 05 Oktober 2022 | 15:25 WIB
Cerita Aremania Probolinggo Selamat Tragedi Kanjuruhan: Sebelum Ada Gas Air Mata Sudah Ada Pukulan Aparat
Lilin dan doa bersama untuk koban Tragedi Kanjuruhan dari Banyuwangi [SuaraMalang/Achmad Hafid Nurhabibi]

SuaraMalang.id - Seorang penyintas tragedi Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) lalu menceritakan pengalamannya saat berusaha keluar dari kepulan asap gas air mata yang memenuhi tribun.

Ia bahkan sempat melihat seorang ibu yang menggendong bayinya yang sudah meninggal.

Dilansir dari akun Youtube BolinggoTV, aremania tersebut bernama Reza yang berasal dari Probolinggo, Jawa Timur.

Ia bercerita, sebelum berangkat menonton pertandingan di Stadion Kanjuruhan itu, ia mengaku mendapat firasat yang kurang baik. Firasat itu berupa kalimat yang ia sampaikan kepada istrinya di malam sebelum keberangkatan ke Malang.

Baca Juga:Usut Kekerasan Prajurit TNI di Stadion Kanjuruhan, Panglima TNI: Kini Unsur Pimpinan Sedang Diperiksa

"Saya pamit, nda (bunda) mungkin sekarang tidur sama saya, tak temani tidurnya, kalau besok kamu mungkin kamu tidur sendiri dulu, saya sempat bilang gitu," ujarnya.

Sang istri pun heran dengan kalimat suaminya tersebut.

"Istri bilang lha wong cuman besok, besoknya lagi kan ketemu. Itu firasat saya," lanjutnya.

Reza kemudian bercerita saat melihat peristiwa mencekam itu terjadi.

Saat itu dirinya berada di tribun 7-8, tepatnya di bawah papan skor yang berada di tribun Timur.

Baca Juga:Dunia Soroti Tragedi Kanjuruhan, Mulai dari Legenda Sepak Bola Pele hingga Paus Fransiskus

Saat pertandingan usai, ia melihat beberapa supporter masuk ke lapangan. Supporter itu terlihat merangkul dan kemungkinan menyampaikan uneg-unegnya ke pemain.

Melihat hal tersebut, lanjut Reza, ada kemungkinan supporter lainnya menjadi iri. Mereka juga sama-sama ingin mengutarakan unek-unek yang ada di hatinya.

"(mengungkapkan) Kekecewaan kita, Bukan ingin rasis," imbuhnya.

Ia melihat, saat itu supporter yang turun tersebut seperti diberi kelonggaran oleh petugas keamanan.

Hal itu kemudian mengundang begitu banyak aremania untuk turun ke lapangan, rata-rata dari tribun Utara dan tribun Selatan.

"Dari Utara sama Selatan turun tapi tidak banyak, paling sekitar 2 ribu supporter. Tidak sampai separoh dari total supporter yang hadir sebanyak 42 ribu," ujarnya.

Ia mengatakan, kemungkinan hal itu yang memicu aparat untuk melakukan perlawanan.

Menurut penuturannya, sebelum ada gas air mata, aparat sempat melakukan pemukulan terhadap supporter. Bahkan ia melihat ada supporter yang tergeletak dan terkapar di tengah lapangan.

Melihat hal itu, supporter yang berada di tribun 7-8 turun. Tetapi tidak semua, hanya sebagian.

Menurutnya, itu awal mula peristiwa mencekam itu.

Ia menyaksikan sendiri ketika gas air mata dilempar ke arah tribun. Ia juga menyesalkan kenapa gas air mata tidak ditembak ke rumput, melainkan langsung ke tribun.

Reza juga sempat melihat seorang ibu yang terjebak sambil menggendong anaknya yang masih bayi.

"Di depan saya sendiri, saya melihat seorang ibu bawa anak balita berumur sekitar 1,5 bulan. Masih digendong," ujarnya.

"Anak saya sudah tidak bernafas, anak saya sudah tidak bernafas, anakku wes mati (anakku sudah mati). Bilangnya seperti itu," lanjut Reza menirukan kalimat ibu tersebut.

Ibu tersebut kemudian pingsan dan ditahan oleh aremania lain.

Reza juga sempat meminta massa dari atas agar ditahan sampai ibu tersebut keluar.

Namun, dalam waktu bersamaan, luncuran gas air mata lainnya datang. Gas air mata itu terkena tiang, kemudian air dan asapnya turun ke tribun.

Saat itulah, Reza mulai merasa gelap dan sesak nafas. Diduga, saat itu Reza mengalami pingsan.

Ia mendapat info dari temannya jika saat itu tubuhnya sudah kejang-kejang.

"Info dari teman, mata saya sudah putih, dan tubuhnya kejang-kejang, tidak sadar. Telinga sudah tidak berfungsi, hanya mendengar suara bising," ungkapnya.

Menurut cerita temannya, Reza sempat diberikan oksigen dan dadanya dipompa secara manual oleh petugas medis yang ada di lokasi.

Ia bahkan sampai diguyur air agar sadar.

Tubuhnya kemudian merespon dengan batuk-batuk

Ia menyampaikan, hal itu murni karena efek gas air mata yang terlalu banyak.

Setelah sadar, ia kemudian dibawa ke RSUD Kanjuruhan

Kontributor : Fisca Tanjung

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini