Jalan Tengah Astronomi Solusi Perbedaan Penentuan Awal Ramadhan

Penetapan awal Ramadhan ummat Islam di Indonesia tidak selalu sama. Termasuk tahun ini, besar kemungkinan ummat bakal terbelah dalam menjalani puasa Ramadhan.

Muhammad Taufiq
Jum'at, 01 April 2022 | 10:52 WIB
Jalan Tengah Astronomi Solusi Perbedaan Penentuan Awal Ramadhan
Ilustrasi Ramadhan. (Pixabay/Suhail Suri)

Hasil perhitungan astronomi atau hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode rukyat (pemantauan di lapangan).

Sementara itu, kriteria MABIMS merupakan hasil Muzakarah Rukyah dan Takwim Islam MABIMS pada 2016 di Malaysia. Kriteria ini diperkuat oleh Seminar Internasional Fikih Falak di Jakarta yang menghasilkan Rekomendasi Jakarta tahun 2017 serta baru diterapkan di Indonesia pada 2022.

Selama ini, kriteria hilal (bulan) awal Hijriyah adalah ketinggian 2 derajat, elongasi 3 derajat, dan umur bulan 8 jam. MABIMS bersepakat untuk mengubah kriteria tersebut menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Sisi Astronomis

Baca Juga:Awal Ramadhan Masih Menunggu Sidang Isbat, Ini Alasan Metode Penentuannya Berbeda ?

Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaludin menyebutkan selama ini masalah perbedaan awal Ramadhan hanya dipandang dari sisi hukum atau aspek fikih saja. Sehingga apabila ditinjau dari aspek fikih masing-masing mazhab akan memperkuat dalilnya, maka yang terjadi semakin lama semakin jauh perbedaannya.

Pemerintah akan melakukan rukyat pada 1 April 2022, pada saat itu posisi bulan di Indonesia itu secara umum kurang dari 2 derajat. Jadi dengan menggunakan kriteria yang lama, kriteria tinggi bulan 2 derajat ini berpotensi berbeda dengan yang sudah diumumkan dalam maklumat Muhammadiyah

Dari sisi astronomi, Thomas menjelaskan pada saat 1 april elongasi atau jarak bulan dan matahari hanya sekitar 3 derajat. Kemudian ketinggiannya kurang dari 3 derajat. Makna ketinggian ini bahwa hilal yang sangat tipis itu akan terganggu oleh cahaya safak atau senja sehingga tidak mungkin ada rukyat secara global.

Sementara pemerintah yang berdasarkan kesepakatan MABIMS bersepakat menggunakan kriteria baru penentuan awal bulan hijriah yaitu tinggi minimal 3 derajat, elongasi jarak bulan matahari 6,4 derajat.

Sehingga dengan dua parameter ini elongasi yang menunjukkan bahwa hilal itu sangat tipis dan redup, kemudian tingginya masih kurang dari 3 derajat artinya cahaya safaknya masih cukup kuat. Sehingga ini tidak akan mungkin ada hasil rukyat, kalaupun ada yang melaporkan itu akan ditolak.

Baca Juga:Kenapa Penentuan Awal Ramadhan Bisa Berbeda? Begini Penjelasannya

Dengan demikian, kata Thomas, bisa diperkirakan pada saat sidang isbat nanti itu akan memutuskan awal Ramadhan jatuh pada tanggal 3 April 2022. Perbedaan ini yang menjadi potensi perbedaan karena Muhammadiyah sudah mengumumkan 1 Ramadhan jatuh pada 2 April 2022.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini