Pedagang Kecil di Kota Malang Kian Merana Diterpa Harga Minyak Goreng

Salah seorang penjual gorengan di kawasan Jalan Raya Tidar, Taufik Hidayat (53) di Kota Malang menuturkan, terpaksa memperkecil ukuran gorengan yang ia jual agar tidak merugi.

Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 18 Maret 2022 | 21:54 WIB
Pedagang Kecil di Kota Malang Kian Merana Diterpa Harga Minyak Goreng
Penjual gorengan di kawasan Jalan Raya Tidar, Taufik Hidayat (kiri) pada saat menyiapkan dagangannya, di Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, Jumat (18/3/2022). (ANTARA/Vicki Febrianto)

SuaraMalang.id - Lonjakan harga minyak goreng akibat pemerintah mencabut aturan HET membuat para pelaku usaha kecil yang ada di wilayah Kota Malang, Jawa Timur kian merana.

Salah seorang penjual gorengan di kawasan Jalan Raya Tidar, Taufik Hidayat (53) di Kota Malang menuturkan, terpaksa memperkecil ukuran gorengan yang ia jual agar tidak merugi. Hal itu imbas tingginya harga minyak goreng di pasaran.

"Ukuran saya perkecil untuk saat ini, karena harga belum saya naikkan. Kondisi ini untuk saya yang merupakan masyarakat menengah ke bawah cukup berat," kata Taufik mengutip Antara, Jumat (18/3/2022).

Taufik menjelaskan, jika harga minyak goreng tidak segera turun, maka mau tidak mau ia harus menaikkan harga gorengan yang ia jual. Saat ini, harga satuan gorengan yang ia produksi tersebut dijual dengan harga Rp1.000 per biji.

Baca Juga:Pak Jokowi, Pedagang Gorengan di Kukar Dilema Karena Minyak Goreng dan Tepung Gandum

Namun, lanjutnya, langkah untuk menaikkan harga gorengan tersebut bukan hal yang mudah. Hal itu dikarenakan mayoritas pembeli yang berkunjung ke warung miliknya tersebut mayoritas merupakan masyarakat menengah ke bawah.

"Saya juga tidak tega untuk menaikkan harga, karena banyak yang ke sini itu masyarakat menengah ke bawah. Untuk yang menengah ke atas mungkin masih mampu kalau saya menaikkan harga," ujarnya.

Ia menambahkan, keputusan untuk menaikkan harga gorengan tersebut rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat. Hal tersebut juga dikarenakan kenaikan harga bahan baku tidak hanya terjadi pada komoditas minyak goreng, akan tetapi juga pada komoditas lainnya.

"Tempe, tahu dan tepung juga mulai mengalami kenaikan. Saya memang berencana untuk menaikkan harga menjadi Rp1.500 per biji, namun masih berat," ujarnya.

Dengan tingginya harga minyak goreng saat ini, lanjutnya, omzet yang diterima juga mulai mengalami penurunan. Dalam kondisi sebelum harga minyak goreng naik, omzet per hari kurang lebih sebesar Rp1 juta.

Baca Juga:Megawati Kritik Ibu-Ibu Antre Minyak Goreng, Ceramah Cak Nun di Philadelphia Viral Lagi

"Saat ini sudah turun menjadi Rp800 ribu sampai Rp900 ribu dan barang dagangan saya ada sisanya, tidak habis," katanya.

Menurut Taufik, kebutuhan minyak goreng per hari diperkirakan mencapai 20 liter. Dengan tingginya kebutuhan tersebut, maka ia berharap pemerintah bisa mengambil langkah agar harga minyak goreng bisa segera diturunkan.

Sementara itu, pelaku usaha kecil ayam goreng krispi D'pitoo, Shinta Dwi Pranadewi menambahkan, kenaikan harga minyak goreng memaksanya untuk menghentikan usaha yang telah dirintisnya selama kurang lebih dua tahun ini.

Menurutnya, dengan tingginya harga minyak goreng yang mencapai Rp47.000 per dua liter tersebut membuat usaha ayam goreng krispi miliknya tidak bisa mendapatkan keuntungan. Untuk satu paket nasi ayam krispi, saat ini dijual dengan harga Rp10.000.

"Jika bertahan dengan harga lama, jelas akan rugi. Kalau misal saya naikkan menjadi Rp15.000 per paket, konsumen yang tidak mau. Terlebih masih kondisi pandemi, ini sangat berat," ujarnya.

Sejumlah rekan sesama pelaku usaha kecil yang menggunakan bahan baku minyak goreng, lanjutnya, saat ini juga memilih untuk menghentikan sementara usaha mereka. Tingginya harga minyak goreng tersebut, membuat pelaku usaha kecil semakin tertekan.

Ia juga tidak menyangka bahwa kebijakan pemerintah untuk mencabut Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng yang ditetapkan Rp14.000 per liter tersebut dilakukan dalam waktu yang singkat.

"Teman-teman saya juga banyak yang tutup sementara. Saya tidak menyangka kebijakan itu langsung dilakukan saat ini, saya mengira itu masih wacana," ujarnya.

Kenaikan harga minyak goreng kemasan tersebut terjadi usai pemerintah memutuskan untuk mencabut kebijakan HET minyak goreng paling mahal sebesar Rp14.000 per liter dan mengembalikan harga komoditas tersebut pada mekanisme pasar.

Namun pemerintah memutuskan untuk tetap memberikan subsidi terhadap minyak goreng curah. Minyak goreng curah diharapkan bisa berada pada kisaran harga Rp14.000 per liter pada tingkat konsumen akhir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini