SuaraMalang.id - Beberapa waktu lalu Amerika Serikat mengumumkan akan mengirim 3 ribu pasukannya ke Polandia, negara tetangga Ukraina dan berbatasan langsung dengan Belarusia, negara sekutu Rusia.
Pengiriman pasukan itu mendapat kecaman dari Rusia yang menuding rencana Amerika itu justru bakal menaikan tensi perseteruan antara Rusia dan Ukraina. Bahkan Presiden Vladimir Putin menuding Amerika berkeinginan agar perang terjadi.
Reaksi Rusia itu segera ditanggapi Amerika. Negeri yang dipimpin Joe Biden itu menyebut Rusia telah merancang sejumlah opsi sebagai dalih untuk melakukan invasi di Ukraina, termasuk kemungkinan menggunakan video propaganda yang memperlihatkan serangan terencana.
Intelijen AS yakin Rusia dapat menggunakan video rekayasa yang menunjukkan gambar-gambar kekacauan dari sebuah ledakan, termasuk peralatan yang tampaknya milik Ukraina atau negara-negara Sekutu, untuk membenarkan serangan.
Baca Juga:Rusia Sebut Amerika Memancing Perang Sebab Kirim 3.000 Pasukan ke Dekat Ukraina
Video itu "akan melibatkan para aktor yang berperan sebagai warga yang berduka atas kematian orang-orang dalam kejadian yang mereka (Rusia) ciptakan sendiri… (dan) penyebaran mayat-mayat untuk mewakili tubuh mereka yang katanya terbunuh," kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jonathan Finer kepada MSNBC.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah laporan itu. Menurut kantor berita TASS, dengan mengatakan hal serupa pernah dikatakan oleh AS sebelumnya tapi tidak mengartikan apa-apa.
Rusia sebelumnya telah menolak tuduhan sedang berusaha menciptakan konflik. Mereka mengatakan pihaknya tidak merencanakan invasi tapi bisa mengambil tindakan militer jika tuntutan keamanan mereka tidak dipenuhi.
Moskow pada Kamis menuduh Washington mengabaikan seruannya untuk meredakan ketegangan. Tuduhan itu muncul sehari setelah AS mengumumkan akan mengirim hampir 3.000 tentara tambahan ke Polandia dan Rumania.
"Jelas bahwa itu bukanlah langkah-langkah untuk meredakan ketegangan, namun sebaliknya menjadi tindakan yang mengarah pada peningkatan ketegangan," kata Peskov pada Kamis.
Baca Juga:Tanggapan Kapolda Bali mengenai Keterlibatan Interpol dalam Pengeroyokan WNA Ukraina
"Kami selalu menyerukan mitra Amerika kami untuk berhenti menambah ketegangan di benua Eropa. Sayangnya, Amerika terus melakukannya," kata dia.
Rusia mencaplok Krimea dari Ukraina pada 2014 dan mendukung kelompok separatis di bagian timur negara itu. Moskow menuntut jaminan keamanan dari Barat, termasuk janji NATO untuk tidak mengakui Kiev, ketika 100.000 tentara Rusia dikerahkan ke dekat perbatasan Ukraina.
Pemerintah AS telah mengatakan bahwa kecil kemungkinan bagi Ukraina untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam waktu dekat.
Namun Washington mengatakan Ukraina harus menentukan masa depannya sendiri di tengah benturan kekuatan atas wilayah mereka usai berakhirnya Perang Dingin di Eropa.
Para penerjun payung dari Angkatan Darat AS pada Kamis menaiki pesawat yang diterbangkan ke Eropa Timur "untuk membantu memastikan sekutu NATO kami dan mitra-mitra kami menghalangi Rusia," kata juru bicara AD AS Matthew Visser.
Para tentara itu diberangkatkan dari Fort Bragg di Carolina Utara. Sekitar 1.700 orang, terutama dari Divisi Udara ke-82, dikerahkan ke Polandia, sementara 300 lainna bergerak ke Jerman, kata dia. ANTARA