Quraish Shihab menambahkan, di dalam Al-Qur'an tercantum sebuah ucapan selamat atas kelahiran Nabi Isa as.
"Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". (QS. Maryam ayat 33)
Ayat di atas dapat dimaknai sebagai restu terhadap ucapan selamat Natal, yang pertama kali justru diucapkan oleh Nabi Isa yang mulia, meski jika dikontekskan di Indonesia tidak semudah yang dibayangkan.
Dengan demikian, berdasarkan ayat tersebut, boleh saja mengucapkan Selamat Natal asal tetap memelihara akidah yang diyakini seorang muslim bahwa Nabi Isa as adalah seorang nabi bukan Tuhan.
Baca Juga:Luhut Larang Kerumunan Saat Libur Natal dan Malam Pergantian Tahun Baru
Peringatan hari kelahiran ini, tambah Quraish Shihab, juga dilakukan Nabi saw yang turut merayakan hari keselamatan Nabi Musa as dari gangguan Fir‘aun dengan cara menjalankan puasa Asyura.
Nabi saw bersabda, "Saya lebih wajar menyangkut Musa as (merayakan/mensyukuri keselamatannya) daripada kalian (orang-orang Yahudi). Maka Nabi saw pun berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk berpuasa." (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud, melalui Ibnu ‘Abbas—lihat Majma’ al-Fawaa’id, hadis ke-2.981).
Kendati ada yang berpandangan bahwa mengucapkan selamat natal dibolehkan, interaksi sosial semacam ini yang berkaitan dengan akidah harus disikapi dengan bijaksana.
Bagi kalangan yang ragu, alangkah baiknya tidak dipaksakan untuk mengucapkan selamat natal. Akan tetapi bagi yang kuat akidahnya, ( dengan cara memperingati kelahiran Isa as sebagai Nabi), sah-sah saja mengucapkan selamat natal.
Namun dengan catatan tidak perlu pula memaksakan mereka yang berada dalam keraguan. Wallahu a'lam bishawab.
Baca Juga:Tak Banyak yang Tahu, Nabi Muhammad Janjikan Ini untuk Umat Nasrani