SuaraMalang.id - Kasus bunuh diri yang menimpa dr Aulia Risma Lestari, seorang peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dari Universitas Diponegoro (Undip), telah membuka tabir kelam mengenai perundungan di lingkungan PPDS.
Setelah insiden tersebut, sejumlah dokter, banyak di antaranya melalui akun anonim di media sosial, mulai berbagi pengalaman pahit mereka selama menjalani pendidikan dokter spesialis.
Salah satu cerita perundungan yang mencuat adalah tentang junior yang diminta melakukan tugas-tugas di luar batas, seperti mencuci pakaian dalam senior hingga makan lima bungkus nasi padang per orang.
Cerita ini pertama kali ramai setelah diunggah oleh akun Instagram @drg.mirza, yang membagikan pesan dari para dokter anonim yang diduga adalah peserta PPDS.
"Dok, pernah disuruh nyuci pakaian dalam senior, yang sepele begitu, tapi bayar makanannya aja udah jadi tugas sehari-hari," tulis salah satu akun anonim dalam unggahan tersebut pada Sabtu (17/8/2024).
drg Mirza menambahkan komentarnya mengenai kasus perundungan di PPDS ini.
"Ngambil laundry senior, antar jemput anak sekolah seniornya, jadi pengasuh anak senior dan konsulen. Nyuciin seragam futsal seniornya. Bahkan sampai nyuci pakaian dalam seniornya. Luar biasa memang pendidikan spesialis di Indonesia, luar biasa," ungkapnya.
Sebelumnya, dr Prathita Amanda Aryani, salah satu peserta PPDS Bedah di Undip, juga disorot terkait dugaan senioritas dalam lingkungan pendidikan spesialis.
Namanya menjadi perbincangan publik setelah ia membantah bahwa tekanan mental menyebabkan kematian rekannya.
Baca Juga: Kematian Briptu TW di Tuban Dinyatakan Kasus Bunuh Diri, Penyelidikan Masih Berlanjut
Namun, setelah pernyataan dr. Prathita viral, muncul dugaan bahwa ia terlibat dalam tindakan perundungan terhadap juniornya.
Salah satu unggahan di akun X @sunwookimz menunjukkan pesan WhatsApp yang diduga berasal dari dr Prathita, di mana ia memerintahkan juniornya untuk makan lima bungkus nasi padang per orang dan mengirim video sebagai bukti.
"Nasi Padang satu porsi lengkap, lauk: sayur nangka, telur bulat, ayam pop. Jumlah lima bungkus per orang. Kirim video kalian lagi makan lima bungkus per orang ke sini jam 14.00. Paham?" bunyi pesan tersebut.
Kasus ini menambah deretan panjang cerita perundungan di lingkungan PPDS, memicu diskusi publik mengenai perlunya reformasi dalam pendidikan dokter spesialis di Indonesia agar praktik senioritas dan perundungan dapat dihentikan.
Kontributor : Elizabeth Yati
Berita Terkait
-
Kematian Briptu TW di Tuban Dinyatakan Kasus Bunuh Diri, Penyelidikan Masih Berlanjut
-
Anggota Polres Tuban Ditemukan Tewas Gantung Diri di Rumahnya
-
Mahasiswi PPDS Ditemukan Tewas di Kamar Kos, Diduga Bunuh Diri
-
Penyakit Tak Kunjung Sembuh, Pria di Malang Ditemukan Tewas Mengenaskan di Bekas Kandang
-
Viral Wanita Beridiri di Pinggir Jembatan Suhat Malang, Diduga akan Bunuh Diri
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
Terkini
-
Kronologi Kecelakaan Maut Toyota Hiace vs Truk di Tol Malang-Pandaan, 2 Orang Tewas dan 10 Luka!
-
Viral Kisah Guru Mengajar Satu Murid di SD Malang, Netizen Terenyuh: Sama-sama Hebat!
-
Libur Natal 2025, Penumpang Bandara Abdulrachman Saleh Malang Diprediksi Melonjak hingga 20 Persen
-
2 Ibu-ibu di Malang Tertimpa Pohon Beringin Tumbang Saat Cuci Baju, Seorang Tewas
-
Banjir Malang Dipicu Endapan Sampah hingga Bozem Meluap, Ini Penjelasan Wali Kota