Scroll untuk membaca artikel
Bernadette Sariyem
Senin, 15 Juli 2024 | 21:39 WIB
Pengunjung melintas di hamparan pasir yang diselimuti empun upas di kawasan Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (30/6). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

SuaraMalang.id - Dengan penurunan suhu udara yang ekstrem di Pulau Jawa, Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) mengingatkan warga dan wisatawan tentang fenomena embun upas yang mulai muncul di kawasan Gunung Bromo.

Fenomena ini dikenal juga sebagai embun beku yang menyerupai salju, terutama terjadi saat musim kemarau.

Kepala Bagian Tata Usaha BB TNBTS, Septi Eka Wardhani, menjelaskan bahwa embun upas adalah fenomena alam yang biasa terjadi di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN BTS) selama musim kemarau, yang ditandai dengan suhu udara yang bisa turun hingga 5 - 9 derajat Celsius pada pagi hari.

"Fenomena ini terjadi akibat angin monsun timur yang berembus dari benua Australia, membawa udara dingin ke kawasan TN BTS," ujar Septi, Senin (15/7/2024).

Baca Juga: Menyelam di Antara Fosil Kayu: Pesona Bawah Air Sumber Jenon yang Menyegarkan

"Embun upas ini akan menghilang saat matahari mulai meninggi."

Musim kemarau tahun ini, yang diprediksi mencapai puncaknya pada bulan Juli dan Agustus oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), akan membuat suhu di wilayah tersebut lebih dingin dari biasanya.

Kondisi ini tidak hanya unik tetapi juga menambah keindahan visual, di mana lautan pasir di Gunung Bromo akan tampak memutih seperti diselimuti salju. Ini tentunya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang berkunjung.

Untuk menghadapi kondisi dingin ini, BB TNBTS menyarankan para pengunjung untuk mempersiapkan diri dengan memakai pakaian hangat, jaket tebal, sarung tangan, kupluk atau kerpus.

"Bagi pengunjung yang memiliki riwayat penyakit seperti asma, kami sangat menyarankan untuk berhati-hati dan menjaga kondisi sebaik mungkin," tambah Septi.

Baca Juga: Menelusuri Keajaiban Tersembunyi: 4 Goa Spektakuler di Kabupaten Malang

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Malang, Ahmad Luthfi, menambahkan bahwa kondisi dingin ini adalah bagian dari peristiwa alam yang terjadi setiap tahun.

"Kulminasi, atau posisi matahari yang berada di titik terjauh seperti utara Indonesia, mempengaruhi suhu dan tekanan udara di wilayah ini," jelas Luthfi.

Pihak BB TNBTS dan BMKG juga mengimbau pemerintah dan masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau, termasuk risiko bencana kekeringan meteorologis dan kebakaran hutan serta lahan.

Fenomena embun upas ini menawarkan kesempatan unik bagi para fotografer dan pengunjung yang ingin mengalami 'musim dingin tropis' di salah satu landmark terkenal Indonesia.

Namun, penting bagi semua pengunjung untuk tetap mempersiapkan diri dengan baik mengingat kondisi alam yang bisa berubah secara cepat.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More