Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Kamis, 16 Mei 2024 | 12:01 WIB
Vaksin AstraZeneca. [ANTARA]

SuaraMalang.id - Dinas Kesehatan Kota Batu ikut angkat bicara terkait perbincangan tentang efek samping vaksin Astrazeneca untuk menangkal COVID-19.

Mereka membenarkan bahwa vaksin jenis Astrazeneca tersebut memiliki efek samping, namun peluang terjadinya sangat minim atau "very rare".

Dalam isu yang berkembang, vaksin Astrazeneca ini disebut dapat memperlambat pembekuan darah, memicu demam, hingga memicu sindrom thrombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS).

Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Batu, Susana Indahwati, mengonfirmasi adanya efek samping tersebut, namun menekankan bahwa tingkat kejadian kasusnya sangat langka.

Hal ini berdasarkan surat penjelasan publik nomor HM.01.1.2.05.24.35 pada 5 Mei 2024 tentang pemantauan jangka panjang keamanan vaksin COVID-19 jenis Astrazeneca. BPOM juga telah melakukan monitoring dalam pemantauan Post Authorization Safety Study (PASS).

"Industri farmasi pemegang Emergency Use Authorization (EUA) wajib melaksanakan PASS dan menyampaikan laporan kepada BPOM. Pada 22 Februari 2021, lebih dari 73 juta dosis telah digunakan dalam program vaksinasi di Indonesia," ujar Susana, Kamis (16/5/2024).

Pemantauan keamanan vaksin di Indonesia juga dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama dengan Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan Kejadian Ikutan Paska Imunisasi (KOMNAS PP KIPI).

Pemantauan ini termasuk surveilans aktif terhadap Kejadian Ikutan dengan Perhatian Khusus (KIPK) pada program vaksinasi COVID-19 selama periode Maret 2021–Juli 2022 di 14 rumah sakit sentinel di 7 provinsi di Indonesia.

"Hasil kajiannya memang ada, namun sangat jarang. Misal dari 10 ribu kejadian hanya terdapat 1 kasus. Hingga April 2024, tidak terdapat laporan kejadian terkait keamanan termasuk kejadian TTS di Indonesia yang berhubungan dengan vaksin COVID-19 Astrazeneca," terangnya.

Susan menjelaskan bahwa kejadian TTS yang sangat jarang tersebut terjadi pada periode 4 hingga 42 hari setelah pemberian dosis vaksin. Artinya, jika TTS terjadi di luar periode tersebut, maka kejadian TTS tidak terkait dengan penggunaan vaksin tersebut.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak terpengaruh dengan isu yang tidak jelas dan berpotensi hoaks. Menurutnya, kejadian sakit meriang dan demam yang saat ini banyak terjadi tidak ada kaitannya dengan efek samping Astrazeneca.

"Jadi ketika mengalami peristiwa TTS, bisa langsung pergi ke rumah sakit atau puskesmas terdekat. Tanyakan peristiwa tersebut pada ahlinya," tegas Susan.

Dinas Kesehatan Kota Batu berharap klarifikasi ini dapat memberikan pemahaman yang lebih baik kepada masyarakat mengenai keamanan vaksin Astrazeneca dan pentingnya tetap melanjutkan program vaksinasi untuk menangkal COVID-19.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More