Es Tawon Kidul Dalem: Minuman Legendaris di Malang Sejak 1955

SuaraMalang.id - Malang, selain terkenal dengan objek wisata yang menarik, juga memiliki warisan kuliner yang tak kalah menarik, seperti Es Tawon Kidul Dalem yang telah menjadi favorit banyak orang. Kuliner ini telah beroperasi sejak tahun 1955 dan telah menjadi legenda di kalangan penduduk Malang.

Berdiri pada tahun yang sama dengan sepuluh tahun setelah kemerdekaan Indonesia, Es Tawon Kidul Dalem di Kota Malang telah menjadi minuman legendaris yang melegenda.

Dikutip dari akun TikTok dengan nama @richardstvn, Es Tawon Kidul Dalem memiliki lebih dari satu pilihan dalam menu minumannya.

Variasi menu yang ditawarkan sangat beragam, mulai dari es campur, es kacang hijau alpukat, es kacang tape, es kacang hijau, es kacang hijau ketan hitam, bubur kacang hijau, hingga gorengan.

Baca Juga: Lumpur Arab Legenda: Toko Kue Lumpur Legendaris di Malang yang Tetap Otentik Sejak 1960

Harga untuk menu-menu tersebut berkisar antara Rp1.000 hingga Rp8.000, membuatnya terjangkau bagi berbagai kalangan.

Lokasi Es Tawon Kidul Dalem terletak di Jalan Zainul Arifin No. 15, Kecamatan Klojen, Kota Malang. Tempat ini buka dari pukul 08.00 hingga 15.00 WIB, sehingga pengunjung dapat menikmati minuman legendaris ini dalam berbagai waktu.

Salah satu menu andalan dari Es Tawon Kidul Dalem adalah minuman yang disajikan dalam satu gelas berisi cincau hitam, tape singkong, kacang hijau, dan dawet, semuanya disajikan dengan es batu, air gula, dan sirup berwarna merah.

Harganya sekitar Rp8.000, dan rasanya yang segar dan unik membuatnya menjadi pilihan favorit bagi banyak pengunjung.

Meskipun kini dikelola oleh generasi kedua, yaitu Sucipto, anak dari pemilik Es Tawon Kidul Dalem, mereka tetap memegang teguh resep asli dan tidak pernah mengurangi kualitas bahan-bahan yang digunakan.

Baca Juga: Pos Ketan Legenda: Kuliner Legendaris Kota Batu Sejak 1967 yang Tetap Memikat Selera

Sehingga, Es Tawon Kidul Dalem tetap mempertahankan cita rasa otentiknya yang telah menggoda selera selama lebih dari enam dekade.

Kontributor : Elizabeth Yati