SuaraMalang.id - Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) Cabang Jawa Timur menyatakan bahwa sejumlah sampel hasil autopsi yang diambil dari dua korban tragedi Kanjuruhan akan diperiksa di laboratorium independen untuk mengetahui penyebab kematian korban.
Ketua PDFI Cabang Jawa Timur dr. Nabil Bahasuan usai pelaksanaan autopsi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu, mengatakan bahwa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan autopsi tersebut hanya persoalan penggalian makam.
"Memang agak lama tadi terkendala penggalian makamnya. Untuk pemeriksaan sampel, tentunya di laboratorium independen," kata Nabil.
Nabil menjelaskan dalam pelaksanaan autopsi yang dimulai sekitar pukul 09.15 hingga 15.50 WIB tersebut, tim dokter forensik telah melakukan pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan penunjang terhadap dua jenazah korban tragedi Kanjuruhan.
Menurutnya, untuk pemeriksaan sampel pada laboratorium independen tersebut diperkirakan membutuhkan waktu hingga dua bulan. Kondisi kedua jenazah sudah mengalami pembusukan karena sudah dikuburkan lebih dari satu bulan.
"Pemeriksaan paling lama delapan minggu. Untuk kondisi jenazah sendiri tentunya ada proses pembusukan karena sudah lebih dari satu bulan," ujarnya.
Ia tidak menjelaskan detail terkait apa saja sampel yang diambil dari kedua jasad korban tersebut. Nantinya tim dokter akan menyampaikan laporan tersebut secara lengkap untuk mengungkapkan penyebab kematian korban kericuhan pascalaga antara Arema FC melawan Persebaya.
"(Sampel apa saja) itu rahasia kedokteran. Nanti akan saya jawab melalui laporan, kami akan buat laporan," ujarnya.
Proses autopsi tersebut dilakukan terhadap dua orang korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Baca Juga: Benahi Infrastruktur Sepak Bola, Pemerintah akan Renovasi Stadion yang Memiliki Banyak Suporter
Autopsi dilakukan terhadap NBR (16) dan NDA (13) yang merupakan kakak beradik, anak dari seorang ayah bernama Devi Athok, warga Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Devi Athok merelakan tim dokter forensik untuk melakukan autopsi kepada kedua putrinya tersebut agar keadilan ditegakkan dan mengungkap semua pelaku dalam tragedi tersebut.
"Saya merelakan anak-anak saya (untuk diautopsi). Semoga terungkap, kalau memang ini gas air mata beracun, semua pelaku dari bawah ke atas dihukum seberat-beratnya," katanya.
Kedua putri Devi Athok tersebut dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Dusun Patuk, Desa Sukolilo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang. Dua korban tragedi Kanjuruhan itu dimakamkan berdampingan dengan makam ibu mereka yang menjadi juga menjadi korban dalam peristiwa tersebut.
Pada Sabtu (1/10), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.
Akibat kejadian itu, sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
7 Rekomendasi HP Murah RAM Besar Terbaru Agustus 2025, Spek Gahar Cuma Rp 2 Jutaan!
-
Berkaca Kasus Nikita Mirzani, Bolehkah Data Transaksi Nasabah Dibuka?
-
Emas Antam Makin Terperosok, Harganya Kini Rp 1,8 Juta per Gram
-
Profil Riccardo Calafiori, Bek Arsenal yang Bikin Manchester United Tak Berkutik di Old Trafford
-
Breaking News! Main Buruk di Laga Debut, Kevin Diks Cedera Lagi
Terkini
-
Layanan BRI Taipei Permudah Transaksi Keuangan PMI, Dapat Sambutan Positif
-
Ini 8 Kontribusi Nyata BRI dalam Mendukung Bangsa Semakin Berdaulat, Sejahtera dan Maju
-
BRI Consumer Expo 2025 Hadir di Mall Paskal 23, Bandung hingga 17 Agustus 2025
-
Fauzia: Gulalibooks Memperoleh Fasilitas Pinjaman dari BRI dengan Subsidi Bunga 0%
-
Corporate Secretary: BRI Terus Jalankan Program Pemberdayaan yang Menyentuh UMKM