SuaraMalang.id - Fear of missing out (FOMO) atau perasaan takut merasa “tertinggal” karena tidak mengikuti aktivitas tertentu ternyata memiliki efek tidak baik bagi anak-anak muda.
FOMO ini biasanya akan diikuti perasaan cemas, gelisah dan takut kehilangan momen berharga yang dimiliki teman atau kelompok, sementara dia tidak terlibat di dalamnya.
Dosen Komunikasi Politeknik Negeri Samarinda Almasari Aksenta pun menyarankan kalangan muda untuk mengurangi akses ke media sosial untuk mencegah perasaan fear of missing out (FOMO).
"Harus mengurangi akses terhadap media sosial agar tidak kecanduan," ujar Almasari dalam rilis pers yang diterima, Jumat (21/10/2022).
Hal itu disampaikannya dalam webinar bertema “Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) di Tengah Generasi Muda”, di Pontianak, Kalimantan Barat, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika RI bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi.
Beberapa gejala FOMO adalah sulit lepas dari ketergantungan pada media sosial, selalu mengikuti tren, memaksa membeli barang tertentu agar tidak dianggap ketinggalan zaman, dan ingin mendapat pengakuan di media sosial.
Dia menyebut bahwa gejala FOMO banyak menghinggapi generasi Z (generasi yang lahir antara tahun 1995 sampai 2012).
“Gejala FOMO ini merupakan salah satu wujud dari kecemasan yang ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu mengetahui apa yang orang lain lakukan, terutama di media sosial," kata dia.
Untuk mengurangi gejala FOMO, lanjut Almasari, bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti menghapus beberapa aplikasi yang tidak penting pada gawai.
Baca Juga: Mencegah Perasaan FOMO, Akademisi Sarankan Anak Muda Kurangi Akses Media Sosial
Kemudian matikan gawai saat melakukan aktivitas dan jauhkan gawai dari tempat pribadi. Menurut dia, perlu pembatasan penggunaan gawai secara disiplin dan tepat waktu, dan bila perlu gunakan alarm sebagai pengingat.
“Semua dibutuhkan kesadaran diri yang disertai dengan komitmen tinggi,” tuturnya.
Sementara itu, Rektor Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA-AWS) Meithiana Indrasari menilai fenomena FOMO salah satunya datang dari banjirnya arus informasi akibat pesatnya penggunaan internet, termasuk dari media sosial.
Aplikasi percakapan dan media sosial yang praktis dan cepat membuat seseorang bisa terhubung dengan orang lain tanpa harus bertatap muka. Banjirnya informasi dan ragam kemudahan komunikasi di media sosial turut berdampak negatif bagi seseorang.
“Salah satunya adalah selaku takut ketinggalan momen apabila tidak terekam dan terganggu dengan pencapaian orang lain," kata dia.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kemenkominfo diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif.
Berita Terkait
-
Mencegah Perasaan FOMO, Akademisi Sarankan Anak Muda Kurangi Akses Media Sosial
-
Hindari FOMO, Terapkan JOMO dengan 4 Tips Berikut Ini
-
Hindari Tren FOMO dengan 6 Cara Tepat Berikut Ini
-
Kripto LUNC Terus Meroket, Analis Peringatkan Investor: Jangan Sampai Tertipu
-
Takut Berlebihan Saat Jauh dari Ponsel? Waspada Nomophobia!
Terpopuler
- Dirumorkan Bela Timnas Indonesia di Ronde 4, Leeds Bakal Usir Pascal Struijk
- Tak Perlu Naturalisasi, 4 Pemain Keturunan Jebolan Akademi Top Eropa Bisa Langsung Bela Timnas
- Berbalik 180 Derajat, Mantan Rektor UGM Sofian Effendi Cabut Pernyataan Soal Ijazah Jokowi
- Erika Carlina Bikin Geger, Akui Hamil 9 Bulan di Luar Nikah: Ini Kesalahan Terbesarku
- 10 Rekomendasi Kulkas 2 Pintu Harga Rp1 Jutaan, Anti Bunga Es dan Hemat Listrik
Pilihan
-
Jokowi: Saya Akan Bekerja Keras untuk PSI
-
BREAKING NEWS! Menang Telak, Kaesang Pangarep Pimpin PSI Lagi
-
Karhutla Riau Makin Meluas sampai 'Ekspor' Asap ke Malaysia
-
Singgung Jokowi, Petinggi Partai Sebut PSI Bisa Gulung Tikar, Apa Maksudnya?
-
Kongres PSI: Tiba di Solo, Bro Ron Pede Kalahkan Kaesang Pangarep
Terkini
-
UMKM Katering Pemasok Program MBG di Tenggarong Berdayakan Ratusan Karyawan Berkat BRI
-
Petani Terancam Bangkrut! Pupuk Palsu Rugikan Negara Triliunan Rupiah, Begini Kata Wamentan
-
Danantara: BRILiaN Way Jadi Kunci Transformasi Culture BRI Menuju Bank Terkemuka Asia Tenggara
-
BRI dan Liga Kompas Lepas Tim LKG BRI Indonesia ke Gothia Cup 2025 di Swedia
-
Dirut: BRI Miliki Fondasi untuk Menjadi Bank Terkuat di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara