Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Minggu, 09 Oktober 2022 | 16:48 WIB
Pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, Senin (3/10/2022). [Suara.com/Yuliharto Simon]

SuaraMalang.id - Muhammad Dewa Saputra menggendong erat-erat anak kecil yang ditemukannya terkapar di stadion Kanjuruhan, pada malam tragedi Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022 lalu.

Tak peduli sejumlah polisi memukulinya, Dewa terus melaju berusaha menolong anak tersebut. Namun takdir berkata lain.

Malam kelam di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) masih membayangi Muhammad Dewa Saputra (19). 

Kala itu, Dewa sapaan akrabnya, bertugas sebagai tenaga kesehatan (nakes) untuk pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya.

Baca Juga: Terjawab Kapan Jadwal BRI Liga 1 Kembali Akan Dirilis, Hasil Pertemuan 18 Klub dan PT LIB

Muhammad Dewa Saputra, tenaga kesehatan (nakes) korban tragedi Kanjuruhan. [Suara.com/Aziz Ramadani]

Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Ia dihadapkan dalam situasi mencekam dan mengerikan. Persisnya pada menit ke-80 pertandingan, suasana tribun  mulai memanas lantaran Persebaya ungguli Singo Edan julukan Arema FC dengan skor 2-3.

"Menit 80 saya mau keluar (stadion) karena ada suporter berusaha memasuki lapangan," ujarnya, Minggu (9/10/2022).

Belum sempat keluar stadion, Ia dan rekan sesama nakes dikeroyok suporter. Mirisnya, polisi yang mengetahui pengeroyokan itu tak membantu dan hanya menonton.

"Saya sudah teriak minta bantuan tapi polisi tetap tidak menolong," sesalnya.

Dewa menyelamatkan diri sekuat tenaga menuju pintu keluar tribun VIP. Nahas, pintu ternyata terkunci rapat. Terpaksa Ia kembali ke area stadion. Dilihatnya aparat mulai menembaki suporter dengan gas air mata

Baca Juga: Hasil Sementara Investigasi TGIPF: Stadion Kanjuruhan Tak Layak Dipakai Pertandingan High Risk Match

Dewa dan rekan nakes lainnya mulai membantu sejumlah suporter terdampak gas air mata.

Di tengah kemelut kerusuhan itu, Ia menemukan seorang anak kecil, diperkirakan bocah berusia di bawah lima tahun. 

Persisnya di area parkir stadion Kanjuruhan. Digendong tubuh bocah tersebut yang dipastikan masih hidup namun sekarat. Tangannya gemetaran berharap segera memberikan pertolongan ke tempat yang lebih aman menuju ruang kesehatan di gedung VIP stadion Kanjuruhan. 

Namun, dalam perjalanan Ia justru dipukuli oleh polisi menggunakan tongkat. Dewa bergeming, sembari tahan sakit Ia terus berjalan mengendong dan melindungi anak tersebut. 

"Dipukul terus sama aparat," ujar siswa SMK jurusan Asisten Keperawatan SMK  Muhammadiyah 1 Malang.

Sesampainya di ruang nakes, ternyata anak tersebut sudah tidak lagi bernyawa. 

Load More