SuaraMalang.id - Muhammad Dewa Saputra menggendong erat-erat anak kecil yang ditemukannya terkapar di stadion Kanjuruhan, pada malam tragedi Kanjuruhan, Sabtu 1 Oktober 2022 lalu.
Tak peduli sejumlah polisi memukulinya, Dewa terus melaju berusaha menolong anak tersebut. Namun takdir berkata lain.
Malam kelam di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) masih membayangi Muhammad Dewa Saputra (19).
Kala itu, Dewa sapaan akrabnya, bertugas sebagai tenaga kesehatan (nakes) untuk pertandingan Arema FC versus Persebaya Surabaya.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya, Ia dihadapkan dalam situasi mencekam dan mengerikan. Persisnya pada menit ke-80 pertandingan, suasana tribun mulai memanas lantaran Persebaya ungguli Singo Edan julukan Arema FC dengan skor 2-3.
"Menit 80 saya mau keluar (stadion) karena ada suporter berusaha memasuki lapangan," ujarnya, Minggu (9/10/2022).
Belum sempat keluar stadion, Ia dan rekan sesama nakes dikeroyok suporter. Mirisnya, polisi yang mengetahui pengeroyokan itu tak membantu dan hanya menonton.
"Saya sudah teriak minta bantuan tapi polisi tetap tidak menolong," sesalnya.
Dewa menyelamatkan diri sekuat tenaga menuju pintu keluar tribun VIP. Nahas, pintu ternyata terkunci rapat. Terpaksa Ia kembali ke area stadion. Dilihatnya aparat mulai menembaki suporter dengan gas air mata.
Baca Juga: Terjawab Kapan Jadwal BRI Liga 1 Kembali Akan Dirilis, Hasil Pertemuan 18 Klub dan PT LIB
Dewa dan rekan nakes lainnya mulai membantu sejumlah suporter terdampak gas air mata.
Di tengah kemelut kerusuhan itu, Ia menemukan seorang anak kecil, diperkirakan bocah berusia di bawah lima tahun.
Persisnya di area parkir stadion Kanjuruhan. Digendong tubuh bocah tersebut yang dipastikan masih hidup namun sekarat. Tangannya gemetaran berharap segera memberikan pertolongan ke tempat yang lebih aman menuju ruang kesehatan di gedung VIP stadion Kanjuruhan.
Namun, dalam perjalanan Ia justru dipukuli oleh polisi menggunakan tongkat. Dewa bergeming, sembari tahan sakit Ia terus berjalan mengendong dan melindungi anak tersebut.
"Dipukul terus sama aparat," ujar siswa SMK jurusan Asisten Keperawatan SMK Muhammadiyah 1 Malang.
Sesampainya di ruang nakes, ternyata anak tersebut sudah tidak lagi bernyawa.
Berita Terkait
-
Analisis Menohok Profesor Belanda Soal Tragedi Kanjuruhan: Sikap Represif Aparat dan Suara Akar Rumput
-
Sosok-Sosok di Balik 'Selamatnya' Indonesia dari Sanksi FIFA
-
TGIPF: Stadion Kanjuruhan Malang Tidak Layak Untuk Pertandingan Berisiko Tinggi
-
Hasil Sementara Investigasi TGIPF: Stadion Kanjuruhan Tak Layak Dipakai Pertandingan High Risk Match
Terpopuler
- Lagi Jadi Omongan, Berapa Penghasilan Edi Sound Si Penemu Sound Horeg?
- Tanpa Naturalisasi! Pemain Rp 2,1 Miliar Ini Siap Gantikan Posisi Ole Romeny di Ronde 4
- 5 Pemain Timnas Indonesia yang Bakal Tampil di Kasta Tertinggi Eropa Musim 2025/2026
- Brandon Scheunemann Jadi Pemain Paling Unik di Timnas Indonesia U-23, Masa Depan Timnas Senior
- Siapa Sebenarnya 'Thomas Alva Edi Sound Horeg', Begadang Seminggu Demi Bass Menggelegar
Pilihan
-
Misteri DJ Ohim Sudah Terungkap, Jadi Siapa Sebenarnya Ayah Biologis Anak Erika Carlina?
-
Bukan Cuma Sound Horeg, Ini 5 Kesamaan Indonesia dan India yang Bikin Kamu Terkejut
-
Prediksi IHSG Hari Ini Usai Pelemahan Wall Street, Cek Saham-saham Rekomendasi
-
Media Vietnam Akui Nguyen Cong Phuong Cs Pakai Tekel Keras dan Cara Licik
-
Satu Kata Erick Thohir Usai Timnas Indonesia U-23 Gagal Juara Piala AFF
Terkini
-
BRI Peduli Berkolaborasi dengan PPEJP, Bawa UMKM Naik Kelas Menuju Pasar Global
-
Rekomendasi 4 Laundry Cepat, Selesai 3 Jam di Sekitar UMM Malang
-
5 Rekomendasi Nasi Padang Enak dan Murah di Sekitar Kampus Brawijaya Malang
-
Per Juni 2025, BRI Jangkau 97.878 Penerima Manfaat Perumahan di Seluruh Indonesia
-
Mau Gelar Acara? Ini Perkiraan Harga Sewa Sound Horeg di Malang dan Faktor Penentunya