Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 05 Oktober 2022 | 09:22 WIB
Suasana lilin duka Aremania bersama fans sepak bola lain di Jember. (Istimewa)

SuaraMalang.id - Ungkapan lilin duka cita dan doa bersama dilakukan berbagai elemen masyarakat merespon tragedi Kanjuruhan. Salah satunya dilakukan di Jember oleh Aremania bersama sejumlah komunitas penggemar sepak bola lain seperti Bonek Persebaya. Mereka menggelar malam renungan dan doa bersama di lapangan Alun-alun Jember. 

"Aksi doa bersama ini sekaligus memberikan renungan kepada saudara-saudara dari elemen suporter lain agar tidak terulang dan bisa menjadikan tragedi Kanjuruhan sebagai titik balik untuk lebih menjaga perdamaian dan kerukunan antar suporter di seluruh tanah air," ujar Rendy Oktoriansyah, koordinator Aremania Jember kepada suara.com pada Selasa (04/10) malam.

Selain berdoa, keluarga besar Aremania Jember juga menuntut dibukanya investigasi menyeluruh terhadap kesalahan prosedur baik dari panpel, kepolisian dan pihak-pihak lain yang mempunyai kapasitas dalam jalannya laga Arema vs persebaya pada tgl 1 Oktober 2022 lalu. 

Tak hanya itu, Aremania Jember juga mendeklarasikan menarik diri dari klub sepak bola asal Malang tersebut. Karena itu, -hingga batas waktu yang belum ditentukan-, Aremania Jember membekukan semua bentuk kegiatan kecuali yang berkaitan dengan pemulihan para korban dan keluarga korban. 

Baca Juga: TGIPF Sepakat Liga 1, 2 dan 3 Dihentikan Sampai Jokowi Izinkan untuk Kembali Digelar

Langkah ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan fans sekaligus desakan agar manajemen Arema FC Malang bisa segera berbenah tentang sistem tiket dan keselamatan didalam dan diluar stadion.

"Selama ini manajemen Arema FC abai dalam mengantisipasi aspek keamanan khususnya pada laga-laga penting yang berpotensi menyedot jumlah penonton dalam jumlah besar. Seperti saat Arema FC melawan Persebaya, Persija dan Persib Bandung. Ini penyakit bertahun-tahun sejak tahun 2006," tutur Rendy.

"Banyak copet yang sepertinya sudah terorganisir rapi. Sehingga barang-barang dari penonton rawan hilang. Padahal, ketika kita beli tiket, seharusnya diikuti dengan jaminan keamanan juga," sambung Rendy.

Tolak Pengalihan Isu Tiket Melebihi Kapasitas Stadion

Rendy mengungkapkan, dalam sejumlah pertandingan dengan Arema FC sebagai tuan rumah, kasus penonton tanpa tiket seringkali dibiarkan. Mereka adalah penonton yang tidak membeli tiket secara resmi lalu terindikasi menyuap petugas jaga atau mendapat jalur khusus karena masih berkerabat dengan perangkat pertandingan 

Baca Juga: Duka Indonesia, Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan Jadi 131 Orang

"Itu salah satu penyebab menumpuknya penonton. Karena jumlah penonton tidak disesuaikan dengan kapasitas stadion. Ini akan jadi berbahaya sekali untuk pertandingan dengan tensi tinggi seperti kemarin," ungkap Rendy. 

Meski mengkritik manajemen Arema FC soal aspek keamanan dan kapasitas penonton, Aremania Jember menyatakan belum mengambil sikap atau komentar terkait kabar peristiwa Kanjuruhan dipicu oleh Panpel yang disebut mencetak tiket melebihi ambang batas aman. 

Aremania Jember masih menunggu hasil kerja dari Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) yang dibentuk presiden. 

"Karena saat ini berkembang isu liar untuk mengaburkan fakta yang sebenarnya terjadi. Yakni antara isu yang melawan anggapan masyarakat soal kesalahan prosedur yang dilakukan aparat saat mengamankan pertandingan, dengan fakta yang  sebenarnya terjadi di lapangan," papar Rendy.

Kontributor : Adi Permana

Load More