Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 04 Oktober 2022 | 14:59 WIB
Sejumlah sepatu menjadi saksi bisu di salah satu Gate Stasiun Kanjuruhan, Kepanjen, Malang ditaburi bunga oleh warga yang berdoa pada Selasa (4/10/2022). [Suara.com/DImas Angga Perkasa]

SuaraMalang.id - Tragedi Kanjuruhan yang menyebabkan hilangnya nyawa 120-an nyawa Aremania pada Sabtu (1/10/2022) menjadi hari paling hitam dalam sejarah sepak bola Indonesia. Aliran ungkapan duka dan simpati terhadap korban serta keprihatinan membuat banyak warga Kawasan Malang raya mendatangi Stadion Kanjuruhan di Kepanjen Kabupaten Malang.

Mereka memanjatkan doa untuk mereka yang meninggal dan tak sedikit yang hanya mengabadikan kondisi terkini gate 11, 12, dan 13. Untuk diketahui gate 11, 12, dan 13 di Stadion Kanjuruhan menjadi titik bergelimpangnya jenazah Aremania, sehingga para kerabat, kelurga dan teman korban di beberapa gate tersebut memasang syal, kaos, bendera dan taburan bunga.

Salah satu suporter dari Kota Malang, Maria, sengaja datang bersama dua rekannya guna berdoa di tiga gate tersebut secara berurutan.

"Yang pertama, pastinya saya ingin mendoakan, terus banyak teman yang dari TikTok ingin tahu (kondisi) yang sebenarnya, karena saya tinggal di Malang, saya ke sini aja," ujar Maria pada SuaraJatim.id, Selasa (4/10/2022).

Baca Juga: TNI Jaga Laga Sepak Bola di Stadion bisa jadi Bumerang, ISESS: Doktrin Mereka Membunuh atau Dibunuh

Maria sendiri merupakan suporter Arema sejak kecil hingga duduk di bangku kuliahan. Ia mengaku cukup kaget dan terpukul, setelah mendengar banyaknya korban jiwa di Tragedi Kanjuruhan.

"Untuk kejadian ini nangis. Yang jelas harapan saya, suporter-suporter yang senior, mau mendidik suporter-suporter yang baru," ujarnya.

Warga meletakan syal di salah satu gate yang menjadi tempat meregangnya nyawa Aremania usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya pada Selasa (4/10/2022). [Suara.com/Dimas Angga]

Maria menambahkan, pembelajaran dari suporter yang dituakan oleh lainnya diharapkan bisa memberikan edukasi menjadi suporter yang dewasa dalam bersikap.

"Jadi edukasi mereka memang kurang, utamanya bagaimana jika kesebelasan kesayangan menang, apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan. Ketika kalah pun, apa yang boleh dilakukan apa yang tak boleh dilakukan, itu semua tidak ada," ungkapnya.

"Saya harapkan, yang senior-senior, yang suaranya didengar oleh suporter-suporter Arema yang lainnya," katanya.

Baca Juga: Korban Luka Tragedi Kanjuruhan: 30 Pasien Masih Dirawat di RSUD Saiful Anwar, 7 Diantaranya di ICU

Maria melanjutkan, jika sudah saatnya semua yang ada di dunia persepakbolaan berubah, berubah menjadi dewasa, dan profesional.

"Ini pembelajaran buat semua sih, banyak lini yang kena ini, saya yakin banyak sekali, untuk pengamanan, antisipasi dan segala macam, rule-rule nya apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika chaos atau apa, itu harus dijalankan secara benar," ungkapnya.

Dengan kejadian ini, semoga bisa menjadi pengalaman yang berharga bagi olahraga, khususnya persepakbolaan Indonesia untuk lebih maju.

"Semoga kejadian yang menimpa Aremania banyak lini yang berubah untuk menjadi yang lebih baik, jadi teman-teman kita yang sudah meninggal ini tidak sia-sia, dan butuh ada perubahan yang banyak," katanya.

Sebelumnya, dikabarkan ada 125 orang yang meninggal di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya yang berlangsung pada Sabtu (1/10/2022). Peristiwa tersebut menyisakan duka mendalam, lantaran mereka yang meninggal rerata terjebak di dalam stadion saat akan keluar akibat kondisi yang tak bisa dikendalikan usai laga.

Banyak jenazah Aremania yang meninggal dievakuasi dari sejumlah pintu atau gate di Stadion Kanjuruhan yang terkunci dan tak bisa dibuka. Mereka kebanyakan panik akibat tembakan gas air mata yang mengarah ke tribun penonton usai saat kondisi chaos terjadi.

Kontributor : Dimas Angga Perkasa

Load More