Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 01 Oktober 2022 | 11:57 WIB
Balok batu tempat jenazah Munawar Muso dibaringkan [Foto: Beritajatim]

SuaraMalang.id - Bila berkunjung ke SMPN 1 Ponorogo, maka akan ditemui sebuah batu balok berukuran besar. Batu kubus itu disebut-sebut sebagai saksi bisu tewasnya Munawar Muso, tokoh pemberontakan PKI di Madiun.

Balok batu tersebut kini berada di halaman sekolah. Lokasi persisnya tepat di timur lapangan basket. Pada tahun 1948, lokasi tersebut merupakan rumah sakit darurat. Konon, setelah Muso tertembak tentara Pasukan Siliwangi, Ia segera dilarikan ke rumah sakit.

Nah, saat berada di rumah sakit, mayat Muso dibaringkan di batu balok tersebut. Cerita tutur ini berkembangan di kalangan masyarakat sekitar, termasuk yang berkembang di sekolahan.

"Menurut cerita yang berkembang di sekolah, di batu itu tempat menaruh Musso setelah dapat dilumpuhkan dengan ditembak di Desa Semanding," kata salah satu mantan guru SMPN 1 Ponorogo Sumarto, dikutip dari beritajatim.com jejaring media suara.com, Jumat (30/9/2022).

Baca Juga: Peristiwa Madiun 1948: Dikaitkan Gerakan 30 September 1965 dan Memori Atas Tragedi yang Terus Diwariskan

Sumarto menceritakan bahwa usai sampai di rumah sakit itu, penempatan Musso yang diletakkan di sebuah batu itu memang disengaja. Hal itu dilakukan, supaya masyarakat tahu bahwa salah satu tokoh PKI itu dalam keadaan tewas.

"Di letakkan di atas batu di halaman itu memang disengaja. Supaya masyarakat tahu, bahwa gembong TKI Musso telah tewas," katanya.

Baru setelah dipertontonkan kepada masyarakat, jasad Musso yang berada diatas batu itu, selanjutnya dilakukan autopsi. Sumarto kurang tahu persis, apakah usai diotopsi, jasadnya langsung dimakamkan atau dibawa kemana dulu.

"Ya ceritanya setelah dipamerkan ke masyarakat, jasad itu kemudian dilakukan autopsi. Setelah itu, saya juga kurang tahu," katanya menambahkan.

Untuk diketahui sebelumnya, Musso dikenal saat PKI melakukan pemberontakan di Madiun. Kejadian yang menewaskan puluhan bahkan ratusan orang itu, terjadi pada tahun 1948. Tak ayal, pemberontakan di kota Brem itu juga merembet ke daerah-daerah sekitarnya. Seperti di Magetan, Ponorogo, Dan Trenggalek.

Baca Juga: Tragedi Madiun 1948: Sejarah Kelam, Narasi Alternatif dan Rekonsiliasi

Namun, setelah beberapa minggu melakukan pemberontakan di Madiun dan daerah sekitarnya, pasukan PKI itu akhirnya bisa ditumpas oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) divisi Siliwangi. Bahkan pimpinannya yang akrab dipanggil Musso, bisa dilumpuhkan dengan ditembak.

Peristiwa penembakan Musso itu terjadi di Desa Semanding Kecamatan Kauman Kabupaten Ponorogo. "Dari cerita sejarah dulu dalam pelariannya, Musso ditembak di Desa Semanding sini," kata Kepala Desa Semanding Suparman.

Dari informasi yang dihimpun berbagai sumber oleh beritajatim.com, pasukan PKI mulai terdesak oleh pasukan Siliwangi yang datang dari Madiun. Tentara kiri itu kemudian mundur ke Balong jalur menuju ke arah Pacitan.

Sebab, daerah tersebut ketika itu masih mereka kuasai. Basis massa PKI baru ditemukan di sekitar Gunung Gembes, yang tingginya sekitar 1000 meter. Yang berada di utara Tegalombo Pacitan. PKI bertahan sekitar satu minggu lamanya di wilayah Slahung, Ponorogo – Tegalombo, Pacitan.

Musso kalau itu tidak lagi berada di tengah pasukan PKI. Musso meninggalkan pasukan inti dan pergi ke Pacitan. Ia kehilangan kontak di sekitar Pacitan, akibat dari keadaan yang tidak jelas.

Satu batalyon dari gerakan Siliwangi berada dekat dan mengejutkannya. Sehingga Ia akhirnya melarikan diri ke arah utara, kembali ke jurusan Ponorogo. Tidak ada lagi yang tersisa dari pasukannya, sehingga yang mengawalnya pun jumlahnya sudah kecil. Nah, saat melintasi Desa Semanding itulah yang mengakhiri pelariannya.

"Musso naik delman dari arah selatan atau dari Desa Ngumpul ke utara. Saat di Desa Semanding perpapasan dengan tentara pemerintah yang berjalan dari arah utara. Akhirnya terjadi baku tembak," katanya.

Terdesak, Musso akhirnya berlari untuk menyelamatkan diri. Dia bersembunyi di sumur Haji Shidik, warga setempat. Naas, tentara pemerintah sudah mengetahui persembunyiannya, hingga akhirnya Musso bisa dilumpuhkan dengan ditembak.

"Saat bersembunyi di sumur Haji Shidik itu, Musso akhirnya bisa dilumpuhkan dengan ditembak," kata Suparman menambahkan.

Ditembaknya pimpinan PKI Musso di Desa Semanding Kecamatan Kauman, menurut Suparman sudah menjadi cerita turun temurun oleh masyarakat Desa Semanding. Karena yang tewas itu, merupakan tokoh tinggi PKI yang merupakan musuh negara Indonesia.

"Sumur letak persembunyian Musso hingha ini masih ada, di belakang rumah Almarhum Haji Shidik," katanya menegaskan.

Load More