Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Senin, 14 Maret 2022 | 10:05 WIB
Wali Kota Malang, Sutiaji meninjau pelaksanaan PTM 100 persen di SMP Negeri 8 Malang, Senin (14/3/2022). [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

SuaraMalang.id - Kota Malang kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, Senin (14/3/2022). Sebelumnya, tiga pekan lamanya PTM terpaksa dihentikan akibat lonjakan kasus Covid-19.

Wali Kota Malang, Sutiaji memantau langsung penerapan hari pertama PTM di SMP Negeri 8 Malang.

"Kenapa kami memutuskan PTM ini bukan karena leveling PPKM. Tapi ini (keputusan PTM) 100 persen berdasarkan SKB 3 menteri, kami lakukan demikian," ujarnya saat meninjau pelaksanaan PTM, Senin (14/3/2022).

Keputusan PTM 100 persen ini diambil di tengah pandemi Covid-19 karena Sutiaji percaya pendidikan bisa optimal jika dilakukan secara luring atau di sekolah.

Baca Juga: Kemarin, Bupati Malang Jalani Pemulihan Akibat COVID-19 hingga Perseteruan Bupati Versus Ketua DPRD Bondowoso

"Filosofi sesungguhnya mendidik disiplin anak mendidik disiplin anak ya dari sekolah. Harapannya nanti orang tua paham," ujarnya.

Dia menambahkan, keputusan PTM 100 persen ini dirasa aman karena mobilisasi siswa di Kota Malang selama tiga minggu ini sudah dibatasi.  Pemutusan rantai Covid-19 di klaster sekolah dipercaya sudah hilang.

"Terus ada pertanyaan kenapa pas (kasus Covid-19) fluktuatif kok gak (PTM) 50 persen? Kami setop (memutuskan belajar daring 100 persen) karena saya mempunyai asumsi bahwa kami tuntaskan (kasus Covid-19) dalam waktu tiga minggu atau satu bulan. Mobilitas anak kami cooling down semuanya dan alhamdulilah sampai saat ini hasilnya cukup signifikan dan pengendalian cukup bagus," paparnya.

Pada kesempatan itu, Wali Kota Sutiaji memaparkan hasil penerapan kembali PTM 100 persen. Dijelaskannya, sebagian besar siswa lebih suka PTM sebab mudah memahami pembelajaran di kelas.

"Dan hanya ada dua yang senang online. Karena lebih praktis. Gak mandi terus menghadap komputer dan belajar. Itu gak papa karena jujur," imbuhnya.

Baca Juga: Mensos Risma Sambangi Keluarga Korban Terseret Banjir di Malang

Terpisah, salah satu siswa kelas 8 SMP Negeri 8 Malang, Dewi Qurrata Ayyun  (14) mengaku lebih senang PTM.

Sebab saat daring dia mengalami pengalaman kesulitan belajar. Kesulitan itu dia dapat karena jaringan internet di rumahnya.

"Menurut saya mendingan offline (belajarnya) karena bisa lebih mengerti pelajaran. Jadi pelajaran itu lebih masuk (dimengerti). Kalau daring biasanya kendalanya jaringan. Jadi susah memahami materi. Saya mengalami kendala jaringan waktu kelas 7 dan 8. Ketika kendala jaringan itu ya keluar zoom meeting terus masuk. Jadi ganggu pembelajaran," tuturnya.

Sementara saat PTM ini, Dewi jika tidak mengerti pelajaran, perempuan yang merupakan anggota OSIS ini bisa langsung bertanya ke gurunya.

"Kalau offline, lebih paham karena langsung tatap muka sama gurunya. Jadi kalau gak paham bisa tanya langsung," tutupnya.

Kontributor : Bob Bimantara Leander

Load More