SuaraMalang.id - Kota Malang kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, Senin (14/3/2022). Sebelumnya, tiga pekan lamanya PTM terpaksa dihentikan akibat lonjakan kasus Covid-19.
Wali Kota Malang, Sutiaji memantau langsung penerapan hari pertama PTM di SMP Negeri 8 Malang.
"Kenapa kami memutuskan PTM ini bukan karena leveling PPKM. Tapi ini (keputusan PTM) 100 persen berdasarkan SKB 3 menteri, kami lakukan demikian," ujarnya saat meninjau pelaksanaan PTM, Senin (14/3/2022).
Keputusan PTM 100 persen ini diambil di tengah pandemi Covid-19 karena Sutiaji percaya pendidikan bisa optimal jika dilakukan secara luring atau di sekolah.
"Filosofi sesungguhnya mendidik disiplin anak mendidik disiplin anak ya dari sekolah. Harapannya nanti orang tua paham," ujarnya.
Dia menambahkan, keputusan PTM 100 persen ini dirasa aman karena mobilisasi siswa di Kota Malang selama tiga minggu ini sudah dibatasi. Pemutusan rantai Covid-19 di klaster sekolah dipercaya sudah hilang.
"Terus ada pertanyaan kenapa pas (kasus Covid-19) fluktuatif kok gak (PTM) 50 persen? Kami setop (memutuskan belajar daring 100 persen) karena saya mempunyai asumsi bahwa kami tuntaskan (kasus Covid-19) dalam waktu tiga minggu atau satu bulan. Mobilitas anak kami cooling down semuanya dan alhamdulilah sampai saat ini hasilnya cukup signifikan dan pengendalian cukup bagus," paparnya.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Sutiaji memaparkan hasil penerapan kembali PTM 100 persen. Dijelaskannya, sebagian besar siswa lebih suka PTM sebab mudah memahami pembelajaran di kelas.
"Dan hanya ada dua yang senang online. Karena lebih praktis. Gak mandi terus menghadap komputer dan belajar. Itu gak papa karena jujur," imbuhnya.
Terpisah, salah satu siswa kelas 8 SMP Negeri 8 Malang, Dewi Qurrata Ayyun (14) mengaku lebih senang PTM.
Sebab saat daring dia mengalami pengalaman kesulitan belajar. Kesulitan itu dia dapat karena jaringan internet di rumahnya.
"Menurut saya mendingan offline (belajarnya) karena bisa lebih mengerti pelajaran. Jadi pelajaran itu lebih masuk (dimengerti). Kalau daring biasanya kendalanya jaringan. Jadi susah memahami materi. Saya mengalami kendala jaringan waktu kelas 7 dan 8. Ketika kendala jaringan itu ya keluar zoom meeting terus masuk. Jadi ganggu pembelajaran," tuturnya.
Sementara saat PTM ini, Dewi jika tidak mengerti pelajaran, perempuan yang merupakan anggota OSIS ini bisa langsung bertanya ke gurunya.
"Kalau offline, lebih paham karena langsung tatap muka sama gurunya. Jadi kalau gak paham bisa tanya langsung," tutupnya.
Kontributor : Bob Bimantara Leander
Berita Terkait
Terpopuler
- Pendidikan Gustika Hatta, Pantas Berani Sebut Indonesia Dipimpin Penculik dan Anak Haram Konstitusi
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Putrinya Bukan Darah Daging Ridwan Kamil, Lisa Mariana: Berarti Anak Tuyul
Pilihan
-
Heboh Warga Solo Dituduh Buron 14 Tahun, Kuasa Hukum Tak Habis Pikir: Padahal di Penjara
-
7 Rekomendasi HP Gaming Rp 2 Jutaan RAM 8 GB Terbaru Agustus 2025, Murah Performa Lancar
-
Neraca Pembayaran RI Minus Rp109 Triliun, Biang Keroknya Defisit Transaksi Berjalan
-
Kak Ros dan Realita Pahit Generasi Sandwich
-
Immanuel Ebenezer: Saya Lebih Baik Kehilangan Jabatan
Terkini
-
Prestasi BRI di Panggung Global: 3 Penghargaan dari Euromoney Awards for Excellence 2025
-
Layanan QLola by BRI Dukung Sektor E-Commerce hingga Fintech
-
Layanan BRI Taipei Permudah Transaksi Keuangan PMI, Dapat Sambutan Positif
-
Ini 8 Kontribusi Nyata BRI dalam Mendukung Bangsa Semakin Berdaulat, Sejahtera dan Maju
-
BRI Consumer Expo 2025 Hadir di Mall Paskal 23, Bandung hingga 17 Agustus 2025