Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Selasa, 04 Januari 2022 | 14:34 WIB
UBreath alat Deteksi Covid-19 dan Penyakit Pernapasan Lainnya ciptaan tim Universitas Brawijaya. [UB Malang]

SuaraMalang.id - Universitas Brawijaya (UB) Malang menciptakan alat deteksi Covid-19 hasil metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan. Teknologi dinamakan UBreath Analysis ini diklaim memiliki tingkat akurasi mencapai 90 persen.

Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Prof. Drs. Arinto Yudi Ponco Wardoyo, M.Sc., Ph.D mengatakan, alat ini mampu mengidentifikasi dan mengukur konsentrasi zat dari hasil metabolisme sistem pernapasan dan pencernaan melalui embusan napas dalam bentuk gas, partikulat, dan parameter lain yang berjumlah 25.

"Hasil pengukuran dari parameter tersebut selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Kecerdasan Buatan untuk mengidentifikasi kondisi dari sistem pernapasan dan sistem pencernaan," jelasnya mengutip dari laman resmi Universitas Brawijaya, Selasa (4/1/2022).

Cara kerja UBreath, lanjut dia, dengan mengembuskan napas pada kantong khusus. Kemudian alat ini akan mengukur unsur-unsur yang terkandung dalam udara pernapasan. Butuh 2 hingga 3 menit untuk mendapatkan hasil. UBreath telah diuji klinis pada total 400 sampel orang sehat dan penyintas Covid-19 di RSUD dr. Saiful Anwar Malang dan RS Lapangan Malang.

Baca Juga: Satu dari Empat Warga Malang yang Dicurigai Terpapar Omicron Meninggal

Penelitian yang dilakukan sejak akhir 2020  menghasilkan tingkat akurasi mencapai lebih 90 persen.

“Hasil yang didapatkan yakni alat ini tidak hanya dapat mendeteksi berupa positif atau negatif covid, tetapi lebih spesifik, alat ini bisa mengklasifikasikannya seperti OTG, ringan, sedang, sampai berat,” jelas Guru Besar Fisika ini.

UBreath Analysis dikembangkan bekerja sama dengan tim Fakultas Kedokteran UB, yakni Dr.dr Susanthy Djajalaksan.Sp.P(K), dan Prof. Dr.dr. Teguh Wahju Sardjono, DTM&H., M.Sc.,SPParK, saat ini diuji klinik untuk screening penyakit pernapasan, seperti kanker paru-paru, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) bersama tim dari Fakultas Kedokteran.

“Penderita penyakit kanker paru-paru biasanya terlambat mendeteksi karena tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Untuk itu alat ini sangat baik untuk screening awal,” ujarnya.

Baca Juga: Universitas Brawijaya Malang Buka Dua Fakultas Baru pada 2022, Ini Bocorannya

Load More