Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Rabu, 20 Oktober 2021 | 11:33 WIB
Nenek tukang pijat di Bondowoso [Foto: Suaraindonesia]

"Orang-orang kemarin masih takut dengan Covid-19. Sejak November 2020 sudah lumayan, pasien yang sering pijat mulai berdatangan lagi. Kemarin saat awal-awal Tahun 2020 seminggu kadang hanya dapat tiga orang," ujar Emba Haji Hamid.

Dalam melayani pasiennya, ibu 4 orang anak itu tak mematok tarif pada pasiennya. Namun rata-rata setiap pasiennya memberi upah Rp 10.000, kadang Rp 15.000 per orang.

Setiap harinya ia bisa memijat 9 sampai 15 orang anak kecil, terkadang bisa lebih. Pendapatannya dalam sehari bisa Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu, kadang pula bisa lebih.

Sudah banyak pasien anak kecil sembuh. Mbah Hamid bercerita, yang menjadi pasien pijatnya tidak hanya orang dari dalam kota atau Kabupaten Bondowoso saja. Namun juga ada dari luar kota, seperti dari Situbondo dan Jember.

Baca Juga: Polisi Telusuri Dugaan Aktor Penyuruh di Balik Konten Hoaks YouTube Aktual TV

Dari hasil memijitnya itu, Ia bahkan sampai bisa berangkat haji pada tahun 1960-an lalu. Ia juga bisa menabung dan membangun musala kecil di sebelah rumahnya.

Mbah Naghi atau Haji Hamid memulai aktivitasnya memijat sejak pagi, dari Jam 06.00 WIB sampai sore Jam 17.00 WIB. Hanya saja jam jam tertentu istirahat makan dan shalat. Seperti Jam 12.00 WIB dan Jam 15.00 WIB.

Setiap hari di rumahnya tidak pernah sepi dari orang yang datang untuk memijat anaknya. Hanya saja pada hari Selasa libur tidak mijat.

Mbah Hamid punya keyakinan, jika pada hari tersebut memijat maka bukan kesembuhan yang dirasakan pasiennya, namun justru tambah parah sakit yang diderita pasiennya.

"Kalau hari selasa saya memijat pasienku justru tidak sembuh, bahkan bisa lebih parah," ujarnya.

Baca Juga: Penangkapan Direktur TV Swasta di Bondowoso Dugaan Hoaks, IJTI: Bukan Produk Jurnalistik

Load More