Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Minggu, 15 Agustus 2021 | 13:21 WIB
Monumen Badjuri di Pertigaan Jalan Raya Pakisaji Desa Jatirejo Kecamatan Pakisaji, Minggu (15/8/2021) [Suara.com/Bob Bimantara Leander]

Bambu runcingnya sendiri mempunyai ramuan khusus. Remin mengingat, bambu runcing sebelum digunakan perang diendapkan ke air lombok.

"Ya diendapkan ke air lombok sehari. Biar nanti ditusuk ke Belanda lukanya bisa membusuk kan pedes dan panas begitu," kata kakek yang memiliki 13 cucu itu.

Sebanyak 300-an warga yang siap melawan Belanda itu pun diarahkan untuk membunuh tentara Belanda secara diam-diam. Seperti contohnya, Remin mengatakan, pernah dia dan beberapa warga lainnya membunuh delapan tentara Belanda.

"Sore-sore waktu itu. Paman saya dikeplak sama tentara Belanda pas itu. Jadi saya dan warga lainnya langsung membunuh Belanda secara diam-diam," kata dia.

Baca Juga: Album Checkmate ITZY Susul Catatan Manis BLACKPINK dan aespa

Delapan tentara Belanda itu, cerita Remin, berada di Desa Pendem. Dia dan sejumlah warga langsung menusuk tentara Belanda satu per satu dengan bambu runcing.

"Dan pas mati, satu orang gotong satu warga Belanda dan dibuang ke sungai, ada yang dikubur," katanya menegaskan.

Remin pun mengenang, Badjuri memang berjasa besar untuk menyatukan semangat warga Pakisaji memukul mundur tentara Belanda. "Dan makannya itu dijadikan monumen di Pakisaji," kata dia.

Memang benar sekitar tahun 1954 berdirilah monumen yang menunjukan patung dari Badjuri. Monumen itu terletak di pertigaan Jalan Raya Pakisaji.

Di monumen tersebut terlihat Badjuri memegang senjata laras panjang dan mengenakan pakaian baju hijau khas tentara.

Baca Juga: Dinkes Kabupaten Malang: 480 Ribu Warga Telah Vaksin Covid-19

Load More