Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Senin, 22 Maret 2021 | 08:49 WIB
Nenek Buni selama 30 Tahun tinggal seorang diri di dalam Pasar Gebang Jember. [Suara.com/Adi Permana]

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di Pasar, Ia buka warung kecil yang menyediakan kopi dan teh.

"Saya jualnya Rp 2500 untuk kopi dan teh itu. Kalau ada (buah) pisang per biji saya jualnya Rp 500," ucapnya.

Usaha warung kopi kecil itu cukup bagi dirinya untuk menyambung hidup. Meski tak jarang juga diutangi pelanggannya.

"Karena sering diutang sama pembeli itu. Bahkan ada pembeli yang alasan belum dapat pemasukan. Ya mau gimana lagi. Bahkan sangking (karena) lamanya utang, saat saya tagih sampai menghindar. Ya sudah dianggap belum rejeki," katanya.

Baca Juga: Dampak Cabai Mahal, Makanan Warung Jember Tak Pedas Lagi, Pelanggan Lari

Nenek Buni juga mengungkapkan, selama kurang lebih 30 tahun tinggal di pasar, banyak kisah dan cerita. Beberapa peristiwa mistis juga acap kali dialami.

"Yang sering saya alami, itu lihat orang berbadan gelap tinggi dan besar. Juga ada tangan yang jalan sendiri waktu malam itu. Ya itu yang sering saya lihat. Tapi masih mending, dulu awal-awal pernah itu atap kios kayak suara gemuruh. Tapi sekarang jarang," ujarnya.

Saking seringnya, kini Ia merasa biasa saja dengan hal-hal tersebut.

"Ya lama-lama kebiasaan, tapi ya takut. Pernah saya pas salat malam, ada kayak orang tinggu besar matanya merah dan badannya gelap, tiba duduk di atas saya. Pas salat, waktu itu teriak-teriak, tapi gak ada yang nolong. Akhirnya hilang sendiri pas Subuh. Ya suka duka tinggal di sini (Pasar)," ucapnya.

Terpisah, salah seorang penjaga pasar Sigit mengaku mengenal Nenek Buni sejak dirinya masih kecil. Nenek Buni memang diketahui sudah tinggal lama di dalam Pasar Loak.

Baca Juga: Dikritik PDIP dan Ogah Bahas APBD 2021, Begini Respon Bupati Jember

"Wakti itu sempat lima tahunan tidur dan tinggal di pasar, tapi tidurnya di toilet. Tapi setelah itu ada kios kosong dan tinggal di sana," kata Sigit

Load More