Ia mengatakan, kemungkinan hal itu yang memicu aparat untuk melakukan perlawanan.
Menurut penuturannya, sebelum ada gas air mata, aparat sempat melakukan pemukulan terhadap supporter. Bahkan ia melihat ada supporter yang tergeletak dan terkapar di tengah lapangan.
Melihat hal itu, supporter yang berada di tribun 7-8 turun. Tetapi tidak semua, hanya sebagian.
Menurutnya, itu awal mula peristiwa mencekam itu.
Ia menyaksikan sendiri ketika gas air mata dilempar ke arah tribun. Ia juga menyesalkan kenapa gas air mata tidak ditembak ke rumput, melainkan langsung ke tribun.
Reza juga sempat melihat seorang ibu yang terjebak sambil menggendong anaknya yang masih bayi.
"Di depan saya sendiri, saya melihat seorang ibu bawa anak balita berumur sekitar 1,5 bulan. Masih digendong," ujarnya.
"Anak saya sudah tidak bernafas, anak saya sudah tidak bernafas, anakku wes mati (anakku sudah mati). Bilangnya seperti itu," lanjut Reza menirukan kalimat ibu tersebut.
Ibu tersebut kemudian pingsan dan ditahan oleh aremania lain.
Baca Juga:Dunia Soroti Tragedi Kanjuruhan, Mulai dari Legenda Sepak Bola Pele hingga Paus Fransiskus
Reza juga sempat meminta massa dari atas agar ditahan sampai ibu tersebut keluar.
Namun, dalam waktu bersamaan, luncuran gas air mata lainnya datang. Gas air mata itu terkena tiang, kemudian air dan asapnya turun ke tribun.
Saat itulah, Reza mulai merasa gelap dan sesak nafas. Diduga, saat itu Reza mengalami pingsan.
Ia mendapat info dari temannya jika saat itu tubuhnya sudah kejang-kejang.
"Info dari teman, mata saya sudah putih, dan tubuhnya kejang-kejang, tidak sadar. Telinga sudah tidak berfungsi, hanya mendengar suara bising," ungkapnya.
Menurut cerita temannya, Reza sempat diberikan oksigen dan dadanya dipompa secara manual oleh petugas medis yang ada di lokasi.