"Kedua pemimpin mencatat pentingnya" mengirim ahli IAEA ke pabrik untuk penilaian "situasi di lapangan," kata pihak Kremlin.
Pejabat Ukraina mengatakan Rusia telah mengubah kompleks itu menjadi pangkalan militer dengan mengerahkan peralatan militer, senjata, dan sekitar 500 tentara yang menggunakan situs itu sebagai perisai untuk menyerang kota-kota di seberang Sungai Dnieper.
Beberapa pekan terakhir, area di sekitar fasilitas itu juga mendapat serangan artileri berat, dimana Kyiv dan Moskow saling menyalahkan atas serangan itu.
Pada hari Kamis, selama pertemuan dengan Guterres dan pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengkritik serangan "sengaja" Rusia terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir itu.
Baca Juga:Rusia Serang Wilayah Kharkiv Ukraina, Apartemen Hancur dan Menewaskan Enam Warga Sipil
Rusia sendiri telah mengajukan surat kepada Dewan Keamanan PBB yang merinci "provokasi" yang dituduhkan Ukraina merencanakan pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia.
Misi Rusia ke PBB menuduh Ukraina ingin menyebabkan "apa yang mereka yakini sebagai kecelakaan kecil", yang terdiri dari kebocoran radiasi, yang bisa menjadikan Rusia dituduh melakukan "terorisme nuklir".
Surat itu membantah bahwa pasukan Rusia menyimpan senjata di lokasi. Ini mengulangi tuduhan bahwa Ukraina telah menembaki pabrik.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia adalah yang terbesar di Eropa dan telah berada di bawah kendali Rusia sejak Maret.
Rusia menolak seruan untuk demiliterisasi total di daerah sekitar pembangkit nuklir itu, tetapi mengizinkan pejabat PBB untuk mengunjungi dan memeriksa kompleks nuklir Zaporizhzhia.
Baca Juga:Gunung Yang Belum Disambangi Khansa Syahla "Khansa_Summiters"