Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Senin, 29 Mei 2023 | 21:19 WIB
Pengamat Politik Boni Hargens [suara.com/Nikolaus Tolen]

SuaraMalang.id - Pengamat Politik Boni Hargens menyebut langkah partai NasDem mengusung Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 merupakan tindakan yang tidak etis.

Pasalnya, saat ini partai tersebut masih menjadi koalisi pemerintah. Menurutnya, hal itu bak istilah 'mengingkari anak sendiri'.

"Heran dengan NasDem dengan tagline "Membangun Koalisi Perubahan". Itu saja kontradiksi," ujarnya.

Ia mengatakan, NasDem turut membangun pemerintahan sembilan tahun belakangan. Bahkan mereka turut menikmati di dalamnya.

Baca Juga: Kang AW dan Iwan Setiawan Bertemu, NasDem Siap Koalisi dengan Gerindra di Bogor?

Namun, justru memimpikan pemerintahan versi lain di masa depan, sebuah gaya kepemimpinan yang berbeda. Secara implisit, Boni menyebut pemerintahan Jokowi pantas dan perlu diubah.

Boni menegaskan, sebenarnya tidak ada yang salah ketika NasDem memilih untuk berbeda pendapat dalam hal politik. Namun dengan catatan asal tidak sedang ada di dalam kekuasaan.

"Karena dia ada di dalam (pemerintahan) ikut membentuk itu kemudian mengatakan ini harus diubah, itu sama seperti mengingkari anak kandung," jelasnya.

Boni bahkan menyebut, Nasdem tidak keluar dari koalisi usai mengajukan nama Anies karena mungkin ingin menyerang pemerintahan di dalamnya.

"Tidak keluar dari koalisi karena mungkin ingin meminum madu dan mencoba serang sarang madunya. Dan itu tidak etis sama sekali," ujarnya.

Baca Juga: Relawan Ganjar Laporkan Anies Baswedan Gegara Pidato, NasDem: Mereka Tak Siap Adu Gagasan

Sementara dari sisi Jokowi, ia tidak mengeluarkan Nasdem dari koalisi karena justru akan merugikan dirinya sendiri.

"Kalau dari hitungan politik, Jokowi akan rugi kalau pihaknya yang mengusir," katanya.

Pasalnya, lanjutnya, publik akan mengira Nasdem didzalimi. Bahkan seperti memberi ruang yang luas untuk Nasdem dalam menyerang pemerintah dan membangun narasi anti Jokowi yang akan berpengaruh ke Pilpres 2024.

Kontributor : Fisca Tanjung

Load More