SuaraMalang.id - Meski tren kematian yang terlapor rendah, peneliti Keamanan dan Ketahanan Kesehatan Global Universitas Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengingatkan seluruh pihak di Indonesia untuk tidak meremehkan varian XBB.
“Logikanya seperti ini, stabil ke rendah terus tiba-tiba meningkat, ini berarti kasusnya ada banyak yang terjadi di komunitas. Jadi, ini sebetulnya tanda bahwa yang sangat jelas memang sub varian XBB ini sudah berdampak,” kata Dicky kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Dicky menuturkan, XBB dapat menerobos antibodi masyarakat yang terbangun dari vaksin maupun infeksi COVID-19 itu sendiri. Terlepas dari hal itu, karakteristik untuk menularkannya juga jauh lebih cepat meskipun tingkat fatalitasnya tidak lebih berbahaya dibandingkan varian sebelumnya.
Hanya saja, Dicky mengimbau agar angka kematian yang sampai hari ini masih berkisar 20 kasus per hari, tidak menjadikan semua orang menganggap XBB sebagai varian yang remeh.
Menurut Dicky, rendahnya angka kematian itu merupakan akibat dari buruknya sistem registrasi kematian di Indonesia yang secara umum, banyak laporan kematian tidak teridentifikasi atau teregistrasi dengan baik.
Maka dari itu, Dicky menyarankan pemerintah untuk meniru negara maju seperti Singapura, yang tidak mengadakan pemakaman seseorang sebelum diketahui pasti penyebab dari kematiannya, agar memiliki riwayat yang jelas. Prosedur ini juga dapat membantu memastikan kebenaran dari jumlah pasien yang wafat akibat COVID-19.
“Jadi, sebab suatu kematian penduduk itu tidak dicari betul atau punya standar yang memadai, untuk memastikan penyebab pastinya, sehingga wajar di kita kalau sudah ada yang wafat ya sudah dikubur saja,” ujarnya.
Dicky juga menyayangkan ketidaksiapan pemerintah dalam merealisasikan program yang dibangun untuk melindungi masyarakat. Salah satunya adalah program perluasan cakupan booster, karena terjadinya kelangkaan yang menempatkan masyarakat seperti kelompok rentan menjadi rawan.
Minimnya cakupan booster menempatkan Indonesia dalam situasi risiko proporsional (proportional risk), yakni situasi membuat orang yang paling rawan tidak terlindungi dan berpotensi besar menjadi korban dari suatu kematian.
Baca Juga: Sebut Covid XBB Lebih Cepat Menular, Reisa: Gejala Umum Ringan
Kemudian, dengan kasus positif yang mulai kembali mengalami tren kenaikan sampai 3.000 per hari, jumlah itu bukan merupakan total kasus yang sebenarnya terjadi di dalam masyarakat. Mengingat berbagai kebijakan pelonggaran mulai membuat masyarakat kembali abai terhadap protokol kesehatannya.
“Sub varian XBB ini sudah berdampak walaupun sekali lagi, kita agak buta karena tidak didukung dengan data dari surveilans genomic yang memadai. Kita juga melihat faktor pendukungnya di dalam masyarakat ini jelas ada pengabaian,” katanya.
Dicky mengatakan sistem pelacakan masih menjadi tugas besar pemerintah, sebab keterbatasan surveilans dan sistem pelaporan kasus menyebabkan banyak orang yang masuk dalam kategori miskin terkendala mengakses layanan tersebut.
“Makanya, kalau bicara angka kematian mau akibat gangguan ginjal yang saat ini sedang ramai maupun COVID-19, itu jelas fenomenanya puncak gunung es yang tidak terdeteksi,” ujarnya. [ANTARA]
Berita Terkait
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- Diskon Listrik 50 Persen PLN Oktober 2025, Begini Syarat dan Cara Dapat E-Voucher Tambah Daya!
- Shin Tae-yong Batal Comeback, 4 Pemain Timnas Indonesia Bernafas Lega
- 7 Rekomendasi Smartwatch untuk Tangan Kecil: Nyaman Dipakai dan Responsif
- 5 Bedak Padat yang Cocok untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Samarkan Flek Hitam
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Marcos Santos Geram! Salahkan Wasit Usai Arema FC Dibungkam Borneo FC
-
Akhir Pekan Banjir Rejeki, 5 Link ShopeePay Gratis Ini Bisa Cairkan Rp2,5 Juta!
-
BRI Dorong Desa BRILiaN Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru Indonesia
-
DANA Kaget SPESIAL Untuk Beli Makan Siang Menantimu, Siapa Cepat Dia Dapat
-
KUR BRI 2025: Rp130 Triliun Disalurkan, Fokus Sektor Produksi dan Pertanian