SuaraMalang.id - Tim Pencari Fakta yang dibentuk Tim Gabungan Aremania menyatakan Tragedi Kanjuruhan adalah pembunuhan massal dengan gas air mata. Maka, peristiwa pada 1 Oktober 2022 itu terindikasi sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
Federasi KontraS Andi Irfan menjelaskan, Tim Pencari Fakta dari Tim Gabungan Aremania telah mengumpulkan sejumlah bukti dan mengambil keterangan dari berbagai pihak, yakni saksi peristiwa, korban dan keluarga korban, Panitia Penyelenggara (Panpel) Pertandingan, petugas keamanan dalam pertandingan, Manajemen Arema FC dan sejumlah pihak lain termasuk ahli kesehatan dan forensik.
Beberapa fakta yang terkumpul, yakni sebelum pertandingan telah terjadi rapat koordinasi sebanyak empat kali antara Kepolisian, panpel, Manajemen Arema FC, Aremania dan pihak-pihak terkait.
Dalam rapat koordinasi ini, ada beberapa poin penting yang dibahas, terutama agar tidak ada represi atau kekerasan kepada suporter Aremania dari pihak aparat keamanan dan tidak ada penggunaan gas air mata oleh aparat keamanan.
Namun, pada pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, sejak awal personel Brimob dan sejumlah personel Sabhara Polres Malang yang ditempatkan di lokasi pertandingan telah dipersenjatai dengan gas air mata.
“Personel Brimob diduga menggunakan multi-smoke projectile yang satu selongsong bisa meletuskan sampai lima proyektil, dan personil Sabhara diduga menggunakan gas air mata single amunisi,” jelas Andi Irfan dalam jumpa persnya di Posko Tim Gabungan Aremania, Jumat (14/10/2022).
Personel Brimob pertama kali menembakkan pertama kali gas air mata pada jam 22.08 yang diarahkan ke tribun selatan. Dan selanjutnya secara bertubi-tubi, tembakan dilakukan sebanyak setidaknya 11 kali oleh tujuh orang yang berbeda. Penembakan berakhir pada jam 22.15
“Saksi dan video rekaman menunjukkan bahwa personil Brimob dan Sabhara melakukan tindak kekerasan atas sepengetahuan perwira Polisi yang memimpin di lapangan,” ujarnya.
Selain itu, masih kata Andi Irfan, terdapat 32 CCTV dari 16 gate di Stadion Kanjuruhan yang merekam kejadian mematikan di sejumlah gate di tribun selatan.
“Artinya fakta-fakta yang terjadi telah terekam dalam CCTV yang saat ini telah berada,” jelasnya.
Dari temuan-temuan ini Tim Gabungan Aremania menyimpulkan tragedi di Stadion Kanjuruhan pada tanggal 1 Oktober 2022 bukanlah kerusuhan, tetapi tindak kekerasan berlebihan yang secara sengaja dilakukan oleh personel Polri dan TNI secara terstruktur dan sistematis sesuai rantai komando.
Bentuk tindak kekerasan yang paling mematikan adalah penembakan gas air mata oleh personel Brimob dan Sabhara yang diduga kuat di bawah perintah perwira di lapangan dan sepatutnya diduga dibawah kontrol perwira tertinggi di wilayah Polda Jatim.
“Penyebab kematian yang utama para korban adalah diduga kuat karena gas air mata. Selain bahwa juga karena berhimpitan, berdesakan sesama penonton dan beragam bentuk kekerasan yang lain,” urainya.
Maka, tindak kekerasan aparat keamanan telah memenuhi unsur tindak pidana penyiksaan dan pembunuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 351 KUHP dan pasal 338 KUHP.
“Tindakan aparat keamanan dalam peristiwa ini menunjukkan tindakan yang serangan yang meluas atau sistematik oleh aparat keamanan kepada penduduk sipil, adalah pidana Kejahatan Kemanusiaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 UU Nomor 26 tahun 2000 tentang pengadilan HAM,” jelasnya.
Tag
Berita Terkait
-
Diduga Ada Kejahatan Sistematik, TPF Aremania Minta Komnas HAM Bentuk Tim Penyelidik Tragedi Kanjuruhan
-
Iwan Bule Terharu FIFA & AFC Turun Gunung, Netizen: Kurangi Narsisnya Pak!
-
Terima Rekomendasi TGIPF, Polri Periksa 16 Saksi Tambahan Terkait Tragedi Kanjuruhan
-
Polri Gelar Rekonstruksi Tragedi Kanjuruhan Kamis Pekan Depan
-
Tim Pencari Fakta Sebut Tragedi Kanjuruhan Bukan Kerusuhan, Melainkan Pembunuhan
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Akses Jalan Malang-Lumajang Ditutup Usai Erupsi Gunung Semeru, Ini Penjelasan Polisi
-
BRI Pimpin Sindikasi Rp5,2 Triliun untuk SSMS, Perkuat Dukungan pada Sektor Agribisnis Nasional
-
BRI Sabet Penghargaan ASRA 2025 untuk Laporan Keberlanjutan Terbaik
-
BRI Hadirkan RVM di KOPLING 2025 Lewat Program Yok Kita Gas
-
Berpartisipasi dalam PRABU Expo 2025, BRI Perkuat Ekosistem Ekonomi Kerakyatan Modern