Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Selasa, 30 Agustus 2022 | 22:50 WIB
Ilustrasi Nyamuk (Pixabay) / Emphyrio

SuaraMalang.id - Kasus demam berdarah di Banyuwangi saat ini cukup memprihatinkan. Ratusan orang terpapar penyakit yang ditularkan nyamuk aedes aegypti itu.

Data dari Dinas Kesehatan setempat, sejak Januari 2022 sampai sekarang ini ada 378 kasus. Dari angka itu sebanyak sembilan orang meninggal dunia. Angka mortalitas ini bisa dibilang sangat tinggi.

Seperti dijelaskan Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat. Ia menyebut trend penyakit DBD sepanjang tahun 2022 ini kencenderungan meningkat jika di bandingkan 2021 lalu.

Perbandingan Kasus DBD sepanjnag tahun 2021 lalu, hanya ada 92 kasus. Sedangkan pada periode Januari sampai per 29 Agustus 2022 sudah mencapai 378 kasus.

Baca Juga: Kenakan Seragam SD, Farel Prayoga Berangkat Sekolah Menumpang Pesawat Jet Pribadi

"Tahun ini sudah ada sembilan orang yang meninggal akibat kasus peredaran nyamuk aedes aegypti, ini sangat berbahaya bagi masyarakat," paparnya, dikutip dari timesindonesia.co.id jejaring media suara.com, Selasa (30/8/2022).

Kepada TIMES Indonesia, Amir menegaskan agar masyarakat lebih waspada dan meningkatkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

"Cuaca hujan yang tidak menentu seperti saat ini, menjadi potensi berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypt," ujarnya.

Ketika ada kasus positif nyamuk Aedes aegypti dalam lingkungan padat penduduk, bahkan sedikitnya dalam radius 100 meter harus di tangani secara khusus.

Jika di daerah itu ada yang positif, lanjut Amir, pihaknya sesegera mungkin terjunkkan tim untuk melakukan surveilans epidemiologi.

Baca Juga: Kebakaran Melanda Hutan di Banyuwangi, Diduga Imbas Kemarau

"Kita pastikan terlebih dahulu, apakah disekitarnya ada jentik positif yang berpotensi menjadi nyamuk dewasa. Jika ditemui, maka kita segera fogging untuk membunuh perkembangnya," jelasnya

Selain itu, pihaknya meminta masyarakat lebih aktif menerapkan pencegahan dan pengendalian nyamuk aedes aegypti dengan 3M,.

"Masyarakat bisa menutup penampungan air, menguras seminggu sekali, membuang dan mengubur sampah supaya tidak menjadi tampungan air hujan, karena cikal bakal perkembangan nyamuk aedes aegypti itu ada di situ," katanya.

Jika ada tempat penampungan air yang skala besar, maka cukup dengan memakai obat Abate yang kami sediakan secara gratis.

"Misalnya seperti di pesantren, kan tidak mungkin menguras tampungannya seminggu sekali. Maka cukup dengan memakai obat Abate saja. Kami sediakan gratis di seluruh Puskesmas sekabupaten," katanya.

Load More