SuaraMalang.id - Dalam beberapa dekade ini, baru di masa-masa sekarang inilah ancaman perang nuklir berada di titip tertinggi. Ini disampaikan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterre.
Oleh sebab itu Ia meminta negara-negara yang memiliki senjata nuklir tidak akan menggunakan atau mengancam negara lain yang juga memiliki senjata yang serupa. Ia mendorong semua negara agar transparan soal teknologi nuklir mereka.
Seruan ini disampaikan Antonio Guterre kemarin, Senin (22/08/2022). Pernyataan ini mencuat setelah tensi dunia tengah memanas akibat perang Ukraina-Rusia dan provokasi antar blok.
"Risiko nuklir telah naik ke titik tertinggi dalam beberapa dekade," kata Guterre dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB, Selasa (23/08/2022).
Baca Juga: Ngaku Senang Jadi Pelatih Persib, Luis Milla Beri Pesan Ini pada Bobotoh
"Negara-negara dengan senjata nuklir harus berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata itu terlebih dahulu," katanya, seperti dikutip dari kantor berita Rusia, tass.com.
"Mereka juga harus meyakinkan negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir bahwa mereka tidak akan menggunakan—atau mengancam akan menggunakan—senjata nuklir untuk melawan mereka, dan bersikap transparan. Perebutan pedang nuklir harus dihentikan."
"Kami membutuhkan semua negara untuk berkomitmen kembali ke dunia yang bebas dari senjata nuklir dan tidak berusaha untuk datang ke meja perundingan untuk meredakan ketegangan dan mengakhiri perlombaan senjata nuklir, sekali dan untuk selamanya." kata Guterres.
Sebelumnya, ancaman perang nuklir ini memang sempat membuat dunia ketar-ketir, terutama setelah Ukraina yang disokong Amerika dan NATO terlibat konfrontasi dengan Rusia.
Di sisi lain, dalam sebuah wawancara dengan Izvestia, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov menegaskan kalau Moskow dapat menggunakan senjata nuklir hanya jika diserang.
Baca Juga: Dampak Perang Nuklir Rusia-Amerika Serikat, Lenyapkan 75 Persen Populasi Dunia
"Untuk membela diri dalam keadaan darurat," katanya, mengomentari upaya AS untuk memaksa China ke dalam pembicaraan tentang pengendalian senjata nuklir.
Ryabkov menolak langkah ini sebagai kontraproduktif, karena kerja sama bilateral dan multilateral di bidang ini harus mempertimbangkan upaya bersama mencari hasil yang dapat diterima bersama.
Namun, tidak seperti dialog tentang perjanjian START Baru, Rusia dan Amerika Serikat hampir kehabisan cara untuk mempromosikan perlucutan senjata nuklir lebih lanjut secara bilateral, kata diplomat senior Rusia itu.
Berita Terkait
-
Titik Nadir Gaza? UNRWA: Tak Ada Lagi Harapan, Pasokan Kemanusiaan Kritis
-
Gempa Perparah Krisis Myanmar: PBB Desak Pendanaan Darurat di Tengah Perang Saudara
-
Bayar PBB DKI Jakarta Makin Untung Pakai BRImo
-
Taliban Abaikan Separuh Populasi: UNICEF Desak Anak Perempuan Afghanistan Boleh Sekolah Lagi
-
PBB Meradang: Keselamatan Staf Terancam, Bantuan ke Gaza Diblokir Israel
Terpopuler
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Marah ke Direksi Bank DKI, Pramono Minta Direktur IT Dipecat hingga Lapor ke Bareskrim
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Jawaban Menohok Anak Bungsu Ruben Onsu Kala Sarwendah Diserang di Siaran Langsung
Pilihan
-
Dari Lapangan ke Dapur: Welber Jardim Jatuh Cinta pada Masakan Nusantara
-
Dari Sukoharjo ke Amerika: Harapan Ekspor Rotan Dihantui Kebijakan Kontroversial Donald Trump
-
Sekantong Uang dari Indonesia, Pemain Keturunan: Hati Saya Bilang Iya, tapi...
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
Terkini
-
Sosok Bule Jerman yang Selamatkan Santri Terseret Ombak Pantai Balekambang
-
Wali Kota Malang Ingin Pindahkan 4 Sekolahan Ini dari Jalan Bandung
-
Naik Kelas Berkat KUR BRI: Perjuangan Suryani Membangun Ekonomi Keluarga
-
Warga Senang, Desa Wunut Bagikan THR dan Hadirkan Program Perlindungan Sosial
-
Habbie, UMKM Telon Aromatik Terbaik Siap Ekspansi Pasar Global Bersama BRI