Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Selasa, 21 Juni 2022 | 21:06 WIB
Warga yang sedang memerah sapi-sapinya dengan mesin pemerah dan secara manual, di Dusun Plosorejo, Kalurahan Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraMalang.id - Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) menghempas sendi-sendi perekonomian masyarakat, khususnya peternak. Wabah PMK di Kabupaten Probolinggo mengakibatkan peternak sapi perah merugi hingga Rp 4 miliar.

Total 2.355 sapi perah dilaporkan terpapar PMK. Akibatnya, produksi susu sapi merosot drastis.

Tercatat, dari jumlah populasi sebanyak 7.305 ekor sapi perah, sejumlah 45 ekor sapi mati. Sedangkan 73 ekor dilaporkan sembuh.

"Sejak 14 Mei lalu hingga saat ini, ya sekitar sebulan lebih, sudah sebanyak itu yang terpapar pada sapi perah di Kecamatan Krucil," kata Pengurus Bidang Usaha KUD Argopuro Krucil, Suloso, mengutip dari Timesindonesia.co.id, Selasa (21/6/2022).

Baca Juga: Suku Tengger di Probolinggo Gelar Ritual Mendak Tirta Jelang Perayaan Yadnya Kasada tahun 1944 Saka

Hal itu menurutnya, sangat berdampak pada tingkat produksi susu sapi perah peternak.

Selama sekitar sebulan, produksi mengalami penurunan hingga 50 persen lebih. Biasanya dalam sebulan, produksi bisa mencapai 40 ton. Saat ini justru merosok tak sampai menyentuh angka 20 ton.

Turunnya volume produksi itu, lanjut dia, berimbas juga pada pendapatan peternak.

"Biasanya dalam sebulan bisa meraup untung hingga Rp8 miliar, sekarang turun 50 persen. Ya sekitar Rp 4miliar," kata Suloso.

Pihaknya masih berupaya semaksimal mungkin untuk mengendalikan PMK tersebut. Kebijakan lockdown pun telah ia putuskan pada sapi perah tersebut. Namun belum menuai hasil yang baik.

Baca Juga: Sesak Napas, Pria Probolinggo Pencari Amal Ditemukan Tewas di Teras Warung

"Lockdown sudah kami lakukan. Petugas juga sudah kami kerahkan, termasuk dokter hewan," pungkasnya.

Load More