Taiwan mengatakan hanya rakyatnya yang memiliki hak untuk memutuskan masa depan pulau itu. Pemerintahnya mengatakan meski menginginkan perdamaian dengan China, mereka akan membela diri jika perlu.
Tsai mengatakan invasi Rusia ke Ukraina telah menunjukkan lagi "rezim ini" tidak akan berhenti dalam mengejar tujuan ekspansionis.
"Ketika kita melihat gambar-gambar dari belahan dunia yang jauh dari kekejaman yang dilakukan terhadap demokrasi lain di garis depan ekspansionisme otoriter, saya ingin menekankan bahwa, seperti Ukraina, Taiwan tidak akan tunduk pada tekanan," kata Tsai tanpa secara langsung menyebut China.
"Austin telah mengatakan kepada Wei bahwa Beijing harus menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut terhadap Taiwan," kata Pentagon.
Baca Juga: Pesawat Tempur China Jatuh Saat Jalani Latihan, Satu Orang Tewas
Seorang pejabat Amerika, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan sebagian besar pertemuan yang berfokus pada Taiwan dan Austin menegaskan kembali posisi Washington di Taiwan tidak berubah, sambil mengkritik "agresi militer" China.
"Amerika Serikat memiliki kekhawatiran besar tentang peningkatan perilaku PLA, terutama perilaku tidak aman, agresif, tidak profesional dan khawatir bahwa PLA mungkin berusaha mengubah status quo melalui perilaku operasionalnya," kata pejabat itu.
Amerika Serikat adalah pendukung internasional terpenting dan pemasok senjata Taiwan, sumber gesekan terus-menerus antara Washington dan Beijing.
Dalam paket senjata terbaru, AS pada Rabu mengumumkan penjualan suku cadang untuk kapal angkatan laut Taiwan dengan perkiraan biaya $120 juta.
China sendiri dalam dua tahun terakhir ini telah meningkatkan aktivitas militernya di dekat pulau itu untuk menanggapi apa yang disebutnya sebagai "kolusi" antara Taipei dan Washington.
Baca Juga: Cegah Sebaran COVID-19, China Tutup Kota di Perbatasan dengan Mongolia
Selama pertemuan di Singapura itu, menurut saluran militer CCTV, Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe mengatakan kepada Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Lloyd Austin menyebutkan bahwa penjualan senjata ke Taiwan itu sangat merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China.
Berita Terkait
-
Ancaman Itu Bernama Zhang Yuning, Teman Kevin Diks Pernah Bikin Malu Timnas Indonesia Era STY
-
Rayakan Ulang Tahun ke-36, Ini 4 Rekomendasi Drama China Jing Boran
-
Dramatis, Esensi Drama China 'Eat Run Love': Cinta, Luka Lama dan Takdir
-
Demi Kalahkan China, Erick Thohir Kasih Tawaran Khusus ke Patrick Kluivert: Terserah...
-
Teman Lama Kevin Diks Bakal Jadi Musuh Terbesar di Timnas Indonesia vs China, Siapa Dia?
Terpopuler
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
- Emil Audero Menyesal: Lebih Baik Ketimbang Tidak Sama Sekali
- Forum Purnawirawan Prajurit TNI Usul Pergantian Gibran hingga Tuntut Reshuffle Menteri Pro-Jokowi
- 5 Rekomendasi Moisturizer Indomaret, Anti Repot Cari Skincare buat Wajah Glowing
- Kata Anak Hotma Sitompul Soal Desiree Tarigan dan Bams Datang Melayat
Pilihan
-
Pembayaran Listrik Rumah dan Kantor Melonjak? Ini Daftar Tarif Listrik Terbaru Tahun 2025
-
AS Soroti Mangga Dua Jadi Lokasi Sarang Barang Bajakan, Mendag: Nanti Kita Cek!
-
Kronologi Anggota Ormas Intimidasi dan Lakukan Pemerasan Pabrik di Langkat
-
Jantung Logistik RI Kacau Balau Gara-gara Pelindo
-
Emansipasi Tanpa Harus Menyerupai Laki-Laki
Terkini
-
Inovasi dan Tradisi: Sinergi BRI dan Pengusaha Batik Tulis
-
BRImo Versi Bilingual Hadir: Transaksi Makin Lancar, Pengguna Makin Puas
-
Dinilai Sangat Strategis, Pembangunan Tol Malang - Kepanjen Butuh Dana Rp 7,5 Triliun
-
Sekolah Rakyat akan Dibuka di Malang, Ini Kategori Siswanya
-
Pencurian di Malang, CCTV Bongkar Aksi 2 Maling