Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 27 April 2022 | 16:15 WIB
Kaca jendela terlihat pecah, setelah ledakan di dekat sebuah mobil penumpang di pintu masuk Institut Konfusius Universitas Karachi, Pakistan, 26 April 2022. [ANTARA/Reuters/Akhtar Soomro/as]

Selama bertahun-tahun, bom bunuh diri di Pakistan telah menjadi taktik bagi kelompok militan, biasanya dilakukan oleh pelaku pria.

Pemberontak Baloch mengatakan insiden pada Selasa adalah serangan bunuh diri pertama mereka yang dilakukan oleh perempuan. Mereka memperingatkan akan melakukannya lagi.

Ancaman serangan bunuh diri itu akan menjadi masalah besar bagi Pakistan ketika negara itu berusaha meyakinkan China bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk melindungi proyek dan warga China.

Menteri Luar Negeri China telah mengutuk keras serangan itu dan menuntut Pakistan untuk menghukum pelaku dan mencegah insiden serupa terjadi lagi.

Baca Juga: Tiga Warganya Tewas, China Kutuk Bom Bunuh Diri di Pakistan

Seorang pejabat kementerian dalam negeri Pakistan yang menolak disebut namanya mengatakan perempuan itu, pengajar sains dari Balochnistan, telah mendaftar pada program pascasarjana di Universitas Karachi sekitar lima bulan lalu.

Polisi bersama badan-badan intelijen sipil dan militer telah memulai penyelidikan, kata pejabat itu.

Penjabat wakil rektor Universitas Karachi Nasira Khatoon mengungkapkan "duka cita mendalam" kepada keluarga korban ledakan dan mengatakan kampus akan tetap ditutup hingga Rabu.

"Kami berharap pemerintah akan menghukum pihak-pihak yang terlibat… dan percayalah bahwa setiap kemungkinan tindakan akan diambil untuk menjangkau pihak-pihak di balik serangan itu," kata dia.

Sumber: Reuters

Baca Juga: China Kutuk Serangan Bom di Pakistan yang Tewaskan Tiga Warganya

Load More