Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Taufiq
Sabtu, 18 Desember 2021 | 07:47 WIB
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

Tapi konsensus sementara dari berbagai laporan awal menyebutkan gejalanya ringan dan ini membersitkan harapan bahwa Omicron tidak mematikan seperti varian-varian sebelumnya.

Namun sejumlah pakar seperti spesialis penyakit menular Muge Evik dari Universitas St Andrews di Inggris, menilai asumsi itu terlalu dini karena ditarik dari data yang belum lengkap, apalagi kebanyakan yang tertular di Afrika Selatan adalah kaum muda yang lebih tahan dari COVID-19 ketimbang manula atau kalangan komorbid.

Muge Evik justru mengkhawatirkan skenario ketika varian ini menulari kelompok rentan yang merupakan kelompok yang paling banyak terenggut nyawanya oleh COVID-19.

"Saya kira pertanyaan seputar tingkat keparahan akan menjadi salah satu bagian terakhir yang baru bisa kita uraikan," kata Muge Evik dalam jurnal Nature.

Baca Juga: Kekhawatiran Atas Virus Varian Omicron, Wall Street Berakhir Lebih Rendah

"Ini pula yang terjadi pada Delta," katanya menegaskan.

Tetap saja, data yang terlihat di Afrika Selatan dan sejumlah negara seperti Inggris dan AS, menunjukkan konsistensi bahwa varian ini tak begitu berbahaya meski memang jauh lebih menular.

Sementara itu sejumlah produsen vaksin COVID-19 mengklaim bahwa vaksin mereka efektif melawan Omicron.

Rangkaian informasi yang dianggap prematur oleh sebagian kalangan tersebut membuat sejumlah pihak beranggapan bahwa varian yang tidak lagi mematikan adalah petunjuk mengenai kemungkinan segera berakhirnya pandemi.

Salah satu di antaranya adalah koran bisnis terkemuka Wall Street Journal yang menyebut 'mutasi memang terdengar mengerikan, tetapi mutasi bisa membuat patogen menjadi kurang begitu berbahaya."

Baca Juga: Omicron Masuk Indonesia, Ketua DPRD DKI Minta Warga Lebih Disiplin Prokes

Banyak yang berharap Omicron menjadi petunjuk untuk kian dekatnya babak akhir pandemi COVID-19 yang sudah hampir dua tahun melanda dunia.

Load More