Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Senin, 05 April 2021 | 23:59 WIB
Ilustrasi sekolah. pengamat tentang pentingnya penguatan kurikulum pendidikan agama bagi anak didik untuk menangkal paham radikal atau radikalisme di Indonesia. [Foto: Antara]

SuaraMalang.id - Masih tumbuhnya paham radikal menjadi sorotan serius sejumlah pengamat terorisme. Pemerintah dinilai perlu meningkatkan upaya penangkalan (deradikalisasi) dengan menguatkan kurikulum pendidikan.

Pengamat terorisme dari Universitas Malikussaleh Aceh, Al Chaidar, mengatakan, materi-materi pelajaran agama pada kurikulum anak didik perlu diperbanyak agar menangkal masuknya paham radikal di kalangan generasi muda.

"Perlu upaya masif dari pemerintah salah satunya melalui ranah pendidikan atau penguatan kurikulum," katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (5/4/2021).

Ia melanjutkan, jika materi atau referensi agama telah kuat sejak di bangku sekolah, maka akan memberikan pemahaman secara mendasar bagi anak didik. Tujuannya agar anak didik tidak salah mengartikan atau hingga menyimpang dari ketentuan yang ada.

Baca Juga: Mantan Teroris Sebut Paham Radikal Masih Masif dan Menyebar

Kekinian, lanjut dia, kurikulum yang ada di Indonesia dinilainya semakin mengurangi materi-materi dan jam pelajaran agama. Padahal, pendidikan literasi tentang agama sangat penting untuk anak didik.

"Referensi-referensi agama semakin hari makin singkat," sambungnya.

Akibatnya, bahan-bahan ajar yang seharusnya diperoleh anak didik menjadi sesuatu yang langka dan mereka tidak mendapatkannya.

Dampak buruk akibat semakin langkanya literasi agama, maka generasi muda yang haus akan pelajaran agama tersebut ketika bertemu dengan jaringan teroris. Maka bakal mudah terpapar paham radikal.

"Pada akhirnya mereka ini terjerat dalam kelompok teroris dan dikuasai serta dikendalikan untuk tindakan-tindakan teror," katanya.

Baca Juga: BIN: Generasi Milenial Tak Berpikir Kritis Rentan Terpapar Radikalisme

Ia menilai keterlibatan generasi muda pada aksi teror di Mabes Polri pada Rabu (31/3) lalu menjadi contoh dari kurangnya pengetahuan agama.

Oleh sebab itu, pemerintah disarankan sesegera mungkin mencari solusi pencegahan keterlibatan generasi muda dalam jaringan terorisme yang lebih banyak lagi.

Load More