SuaraMalang.id - Kekerasan jurnalis Tempo Nurhadi di Surabaya menjadi potret bahwa korupsi masih dan tetap tumbuh subur di Indonesia.
Merespon itu, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jember turun ke jalan mengecam tindakan premanisme dan mengancam kebebasan dan kemerdekaan pers tersebut, Senin (29/3/2021) di depan gedung DPRD Jember.
Koordinator aksi, Andi Saputra mengatakan, kekerasan jurnalis dinilai sebagai pelanggaran berat terhadap UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers, serta mengancam keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Tak hanya itu, kasus kekerasan juga menjadi potret masih suburnya korupsi.
Sebab, kerja jurnalistik yang dilakukan Nurhadi sedang berupaya mengonfirmasi perihal dugaan kasus suap pajak yang sedang ditangani Komisi Pemberantasan Korupsi, tepatnya kasus yang menjerat mantan Direktur Ekstensifikasi dan Penilaian Direktorat Jenderal Pajak Angin Prayitno Aji.
Baca Juga: Kuasa Hukum: Ada 16 Adegan Pra Rekonstruksi Kasus Kekerasan Jurnalis Tempo
"Kasus tersebut menimpa saat Nurhadi sedang menjalankan kerja jurnalistiknya untuk mengungkap kasus korupsi. Kerja-kerja jurnalistik yang bermutu berkontribusi untuk mendorong penuntasan kasus korupsi. Karena itu, patut diduga, penganiayaan itu dilakukan oleh orang yang mendukung tindakan korupsi tetap subur di negeri ini," ujarnya.
Dalam pernyataan sikapnya, AJI Jember juga mendesak agar polisi berani mengusut tuntas kasus tersebut, termasuk aktor intelektualnya. Sebab, kasus kekerasan jurnalis Tempo itu diduga melibatkan oknum aparat.
“Indikasi penggunaan anggota kepolisian untuk mengawal kepentingan pihak tertentu dan digunakan untuk mengintimidasi kerja jurnalis, mesti menjadi perhatian. Sebab, Polri dibiayai negara untuk kepentingan warga,” lanjut Andi.
AJI Jember juga menyinggung kasus kekerasan terhadap jurnalis di Situbondo, belum lama ini. Tepatnya kekerasan yang dilakukan oknum ajudan Menteri Kelautan dan Perikanan terhadap jurnalis JTV, Andi Nurholis.
Tren kasus kekerasan terhadap jurnalis cenderung meningkat selama beberapa tahun terakhir. Data Aliansi Jurnalis Independen (AJI) bersama LBH Pers mencatat, sepanjang tahun 2020 terjadi 117 kasus kekerasan terhadap wartawan dan media, meningkat 32 persen dibandingkan pada 2019 (79 kasus). Sedangkan pada tahun 2018, kasus kekerasan terhadap jurnalis mencapai 64 kasus, meningkat dibanding tahun 2017 yang mencapai 60 kasus.
Baca Juga: KontraS: Penganiayaan Jurnalis Tempo Dilaporkan ke Propam Polri dan LPSK
“Tren peningkatan kasus kekerasan terhadap jurnalis, salah satunya disebabkan karena penanganan terhadap kasus itu tidak dilakukan secara tuntas. Kondisi ini mendorong terjadinya impunitas dan menyuburkan pola pikir bahwa kekerasan adalah jalan efektif untuk memberangus pers. Ini menjadi alarm berbahaya bagi kebebasan sipil di negeri ini,” lanjut Andi.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Sunscreen Mengandung Kolagen, Lindungi Kulit Bikin Awet Muda
- 3 Klub Belanda yang Berpotensi Jadi Pelabuhan Baru Marselino Ferdinan
- Pernikahan Luna Maya dan Maxime Bouttier Dianggap Tak Sah, Ustaz Derry Sulaiman Bingung Sendiri
- Loyalitas Tinggi, 3 Pemain Ini Diprediksi Tetap Perkuat PSIS Semarang di Liga 2 Musim Depan
- Pernyataan Resmi PSIS Semarang Usai Jadi Tim Pertama yang Degradasi ke Liga 2
Pilihan
-
Wacana 11 Pemain Asing di Liga 1 Dibandingkan dengan Saudi Pro League
-
Dewi Fortuna di Sisi Timnas Indonesia: Lolos ke Piala Dunia 2026?
-
7 Rekomendasi Sunscreen Terbaik, Super Murah Pas buat Kantong Pelajar
-
Mitsubishi Xpander Terbaru Diluncurkan, Ini Daftar Pembaruannya
-
Teco Sebut Bali United Sudah Punya Nahkoda Baru, Pelatih Eliano Reijnders?
Terkini
-
BRImo FSTVL 2024 Jadi Ajang Apresiasi pada Nasabah, Sekaligus Wujudkan Inklusi Keuangan
-
BRI Mengedepankan Prinsip Pertumbuhan yang Selektif untuk Menjaga Kualitas Kredit Berkelanjutan
-
Kecelakaan di Bromo: Jip Masuk Jurang, Wisatawan Asal Korea Selatan Jadi Korban
-
Holding Ultra Mikro BRI Dorong Inklusi Keuangan 182 Juta Nasabah Tabungan
-
Jalan Pakis-Turen Makin Lebar, Diusulkan Pindah Pengelolaan ke Provinsi