Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Kamis, 07 Januari 2021 | 13:44 WIB
Ilustrasi --anggota Front Pembela Islam (FPI) aksi demo memprotes film 'Innocence of Muslims' di Kedutaan Amerika Serikat, Jakarta, Senin (17/9/2012). (Antara/Dhoni Setiawan)

SuaraMalang.id - Langkah pemerintah membubarkan FPI terus mendapatkan dukungan, termasuk dari mantan napi terorisme (napiter).

Hal iitu disampaikan salah satu mantan napi terorisme, Ustaz Syahrul Munif dalam Diskusi Forum Intelektual di Malang, Kamis (7/1/2021).

"Faktanya lebih baik bagi begitu (HTI dan FPI dibubarkan)," ujar Ustaz Syahrul Munif ketika menjawab pertanyaan dari moderator Diskusi Forum Intelektual, Yatimul Ainun, seperti dikutip dari TimesIndonesia.co.id--media jejaring SuaraMalang.id.

Lebih lanjut dia mengatakan, ada beberapa alasan yang membuat HTI dan FPI layak untuk dibubarkan. Salah satunya adalah dua organisasi itu menjurus ke arah radikalisme.

Baca Juga: Kota Malang Masuk Daftar Daerah PSBB Ketat 11 Januari

"Virus Tanfidzi itu akan dikawinkan dengan politik, kalau tidak dibendung oleh pemerintah akan terjadi hal luar biasa (radikalisme)," kata alumni ISIS tersebut.

Dia sudah menyaksikan secara langsung sebuah negara yang sebelumnya indah. Dalam hal ini Suriah yang hancur akibat perang dan radikalisme di negeri tersebut.

"Perlu waktu 30 tahun untuk membangun negeri seindah tersebut. Dengan catatan kondisi negara dalam keadaan normal dan tidak terjadi perang," ungkapnya.

Mantan Napi Terorisme Ustad Pujiyanto ketika Diskusi Forum Intelektual di Polres Malang. [Foto : TIMES Indonesia]

Awal mula dia menjadi terorisme adalah keinginan untuk jihad. "Saya memiliki pandangan, bahwa jihad yang sebenarnya itu adalah datang langsung ke lokasi (Suriah). Tapi itu salah," tuturnya.

Masih kata Ustadz Syahrul Munif, dirinya sadar ketika bergabung dengan para napi teroris lainnya. Yang ternyata jalan pemikiran mereka sudah sangat kebablasan.

Baca Juga: Wali Kota Malang Pastikan Sampah Jadi Penyebab Banjir

"Bahkan ada yang sampai mengkafirkan orang tuanya sendiri. Ini tentunya tidak dibenarkan," katanya. 

Dalam Diskusi Forum Intelektual tersebut, juga dihadiri mantan napi terorisme lainnya yakni Ustad Pujiyanto yang terlibat dengan aksi terorisme kepemilikan senjata api di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

"Kami tidak setuju dengan aksi radikalisme dan intoleran yang mengatasnamakan agama. Pancasila juga tidak ada masalah dengan agama Islam," tegasnya.

Dalam kesempatan Diskusi Forum Intelektual ini, mantan napi terorisme Ustad Pujiyanto tersebut juga setuju dengan dibubarkannya HTI dan FPI karena berpotensi melakukan pembibitan ke arah radikalisme dan Intoleran.

Load More