Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 16 Januari 2024 | 15:59 WIB
Hotel mangkrak di Lembah Dieng. [Pinterest]

SuaraMalang.id - Kota Malang, terkenal dengan udara sejuknya dan menjadi destinasi wisata favorit di Jawa Timur, ternyata menyimpan cerita misterius di balik keindahan alamnya.

Di barat kota ini, di sebuah bukit di dataran tinggi, terdapat sebuah hotel yang pembangunannya tak pernah selesai hingga kini.

Hotel ini, berbeda dari Wisma Tumapel yang dikenal di Malang, terletak di sebuah bukit dengan udara menyegarkan dan dikelilingi pepohonan rindang.

Pembangunannya dimulai pada era 1980-an, namun hingga saat ini, alasan penghentian pembangunannya masih menjadi teka-teki.

Baca Juga: Kuliner Soto Terbaik di Malang: Dua Rekomendasi yang Tak Boleh Terlewatkan

Menurut unggahan TikTok @artist_drawings_ghost, hotel yang terletak di kawasan Lembah Dieng ini menjadi objek misterius bagi penduduk setempat, yang menyebutnya sebagai “Hotel Terbengkalai Lembah Dieng”.

Lokasi hotel ini berdekatan dengan Universitas Merdeka Malang, di barat kota.

Hotel terbengkalai ini tidak hanya menarik perhatian karena kondisinya yang terlantar, tetapi juga karena sejarah kelam yang terkait dengannya.

Kawasan bukit tempat hotel berdiri dikenal sebagai lokasi pembantaian selama era penjajahan Jepang dan juga menjadi lokasi pembantaian orang-orang PKI pada tahun 1965-1966.

Kisah-kisah seram pun bermunculan, termasuk suara teriakan minta tolong dan suara kuntilanak yang sering terdengar dari lantai dua hotel.

Baca Juga: Kuliner Malam di Malang: Dua Tempat Rawon Terenak yang Wajib Dicoba

Ini menambah aura misteri dan menarik para penikmat sejarah serta pencinta hal-hal mistis untuk mengetahui lebih lanjut tentang hotel terbengkalai ini.

Hotel Terbengkalai Lembah Dieng ini bukan hanya sekedar reruntuhan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari peristiwa sejarah yang kelam di Malang.

Kisahnya yang belum terungkap sepenuhnya ini membuat hotel ini tetap menjadi topik pembicaraan dan objek penasaran di kalangan masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke Malang.

Kontributor : Elizabeth Yati

Load More