SuaraMalang.id - Sejarah Kota Batu tidak bisa lepas dari pengikut Pangeran Diponegoro, Mbah Batu. Makamnya berada di Desa/Kecamatan Bumiaji.
Setiap kali ulang tahun Kota Batu, makam ini selalu diziarahi para kepala daerah.
Sosok Mbah Mbatu dulu juga dikenal dengan nama Abu Ghonaim atau Kyai Gabug Angin. Dia merupakan pengikut Pangeran Rojoyo.
"Oleh masyarakat setempat biasa dipanggil dengan nama Mbah wastu yang kemudian disengat menjadi Mbah Tuh atau Mbatu," tulis Debora Sulistyo dalam Buku Jejak Nama dan Tempat di Kota Batu yang dikutip dari Ketik.co.id--media partner Suara.com.
Baca Juga: 6 Rekomendasi Drama Korea Historical Romance, Dijamin Bikin Mewek!
Nama tersebut digunakan Abu Ghonaim sebagai penyamaran. Sebagai pelarian dan gerilyawan Perang Diponegoro, Abu Ghonaim memang memiliki banyak nama samaran untuk menghindari kejaran Belanda dan antek-anteknya.
Abu Ghonaim konon berasal dari Jawa Tengah. Beliau pindah untuk mempertahankan keyakinan dari para pejajah.
Dia bersama dengan pengikutnya kemudian berkelana berbulan-bulan untuk mencari daerah baru hingga sampai di suatu tempat kudanya mogok jalan atau Mberu.
"Mberunya kuda tunggangan Abu Ghonaim sebagai petunjuk bahwa tempat ini cocok untuk mereka. Akhirnya ia memerintahkan para pengikutnya untuk berhenti di tempat itu saja," tulis Debora dalam bukunya.
Konon, tempat kuda Abu Ghonaim mberu ini kemudian menjadi nama desa yang berada di Bumiaji.
Baca Juga: 5 Coffe Shop di Kota Batu, Spot Ngopi Paling Nyaman
Singkat cerita, Abu Ghonaim dan para pengikutnya kemudian menetap di tempat tersebut karena merasa cocok. Tanahnya yang subur sangat bagus untuk bertani. Mereka pun membuka tempat yang kini bernama Bumiaji menjadi pemukiman.
"Di tempat barunya tersebut, Abu Ghonaim kemudian mengajarkan ilmu agama Islam kepada penduduk sekitar. Penduduk sekitar tertarik terhadap ajaran baru yang dibawa oleh Abu Ghonaim. Sehingga banyak dari mereka memeluk agama Islam," jelas Debora.
Warga meyakini, dari Abu Ghonaim atau Mbah Tu ini menginspirasi nama Kota Batu berasal. Namun, itu masih menimbulkan pro dan kontra. Sebab, nama batu sudah ada sejak zaman Majapahit.
"Oleh sebagian anak keturunannya diyakini bahwa nama ini lah yang mengilhami nama Batu. Akan tetapi berdasar bukti sejarah nama batu sudah ada sejak zaman Majapahit berdasarkan bukti prasasti," ujar Debora.
Kini makam Mbah Mbatu sering diziarahi masyarakat dan para pejabat di Kota Batu.
Berita Terkait
-
7 Budaya Kuno Aneh yang Dilupakan Sejarah
-
Sejarah Kelam Hari Valentine, Tak Romantis dan Penuh Ritual Mengerikan
-
Sejarah Panjang Kamera di HP, Dulu Cuma Foto, Sekarang Bisa Buat Film!
-
Sejarah Cap Go Meh, Tradisi 2000 Tahun dari Ritual Kuno Hingga Festival Lampion
-
Perjalanan Panjang di Antara Sejarah dan Mitos: Review Novel 'Inyik Balang'
Terpopuler
- Apa Sanksi Pakai Ijazah Palsu? Razman Arif dan Firdaus Oiwobo Diduga Tak Diakui Universitas Ibnu Chaldun
- Aset Disita gegara Harvey Moeis, Doa Sandra Dewi Terkabul? 'Tuhan Ambil Semua yang Kita Punya...'
- Ragnar Oratmangoen: Saya Mau Keluar dari...
- Ragnar Oratmangoen Tak Nyaman: Saya Mau Kembali ke Belanda
- Bagaimana Nih? Alex Pastoor Cabut Sebulan Sebelum Laga Timnas Indonesia vs Australia dan Bahrain
Pilihan
-
Rusuh Persija vs Persib: Puluhan Orang Jadi Korban, 15 Jakmania, 22 Bobotoh
-
Dukungan Penuh Pemerintah, IKN Tetap Dibangun dengan Skema Alternatif
-
Perjuangan 83 Petani Kutim: Lahan Bertahun-tahun Dikelola, Kini Diklaim Pihak Lain
-
Persija vs Persib Bandung, Ridwan Kamil Dukung Siapa?
-
Jordi Amat Bongkar Dugaan Kasus Pencurian Umur: Delapan Pemain..
Terkini
-
Kanjuruhan Butuh Sofa dan Kasur Darurat, Demi Skor Kelayakan BRI Liga 1
-
Target Pajak Parkir Kabupaten Malang Naik Jadi Rp1,58 Miliar di 2025
-
Miris! Tekanan Ortu dan Weton Picu Lonjakan Pernikahan Dini di Malang
-
Dugaan Korupsi Dana Ketahanan Pangan Guncang Desa Karangwidoro, Mantan Kasun Terlibat?
-
Bupati Malang Sanusi Serius Kembangkan Kabupaten Nila