SuaraMalang.id - Rencana pemerintah untuk menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis pertalite dan solar semakin membebani masyarakat, khususnya kaum nelayan.
Persoalan solar, sejatinya sudah lama dirasakan nelayan. Lantaran sebelum ada isu kenaikan harga BBM bersubsidi, bahan bakar utama bagi nelayan untuk melaut ini sudah langka di pasaran.
Hal tersebut seperti dialami nelayan di Pelabuhan Tanjung Tembaga, Mayangan, Kota Probolinggo. Mereka mengungkapkan keresahannya lantaran sudah lama mendapatkan bahan bakar yang hingga kini cukup sulit diperoleh di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan (SPBN) setempat.
Harapan agar tidak dinaikannya harga BBM bersubsidi tersebut disampaikan seorang nelayan setempat, Mustofa. Ia berharap, sebelum menaikkan harga BBM, pemerintah berpikir ulang untuk merealisasikan kebijakan tersebut.
Mustofa mengungkapkan, saat kenaikan harga solar dari Rp5.500 menjadi Rp6.500, kaum nelayan sudah terbebani. Belum selesai dengan beban yang dipanggul, mereka kini dihadapkan dengan kemungkinan naiknya harga solar.
"Susah nelayan kalau seperti ini, Pak. Sekarang saja saya memilih tidak melaut sementara waktu karena sulitnya mendapatkan solar. Apalagi nanti kalau jadi naik harganya," ujar Mustofa seperti dikutip Jatimnet.com-jaringan Suara.com, Rabu (31/8/2022).
Mustofa menyampaikan, jika harga BBM bersubsidi kembali naik, mereka bakal berpikir ulang untuk berlayar mencari ikan. Lantaran, biaya untuk membeli bahan bakar solar sudah tidak sebanding dengan hasil yang diperoleh dari melaut.
"Kalau saya saja untuk tiap berlayar membutuhkan 1.000 liter solar dan 250 liter pertalite sebagai bahan bakar genset untuk penerangan. Kalau harganya naik, pasti biayanya bakal membengkak," katanya.
Parahnya hal tersebut ditambah dengan kenyataan sulitnya mendapatkan solar hingga mengakibatkan banyak anak buah kapal hingga pemiliknya memilih tidak melaut.
Baca Juga: Jelang Kenaikan BBM Pertalite dan Solar, Apa Saja yang Sudah Terjadi?
Kondisi memprihatinkan tersebut pun disampaikan seorang ABK bernama Andi. Ia mengaku sudah sekitar sebulan terakhir tak melaut karena banyak kapal yang bersandar di pelabuhan akibat sulitnya mendapatkan solar.
"Kalau tidak melaut ya tidak kerja, Pak, terus mau dapat penghasilan dari mana kalau menganggur terus. Kalau sulitnya dapat solar sudah terjadi selama dua bulan terakhir. Semoga segera ada solusi dari pemerintah untuk masalah ini," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Rekomendasi Bedak Two Way Cake untuk Kondangan, Tahan Lama Seharian
- 5 Rangkaian Skincare Murah untuk Ibu Rumah Tangga Atasi Flek Hitam, Mulai Rp8 Ribuan
- 5 Rekomendasi Sepatu Lari Selain Asics Nimbus untuk Daily Trainer yang Empuk
- 5 Powder Foundation Paling Bagus untuk Pekerja, Tak Perlu Bolak-balik Touch Up
Pilihan
-
PSSI Butuh Uang Rp 500 Miliar Tiap Tahun, Dari Mana Sumber Duitnya?
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
Terkini
-
AgenBRILink Mulya Motor Hadirkan Layanan Keuangan hingga ke Pelosok
-
Konsisten Dukung Asta Cita, BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR
-
Akses Jalan Malang-Lumajang Ditutup Usai Erupsi Gunung Semeru, Ini Penjelasan Polisi
-
BRI Pimpin Sindikasi Rp5,2 Triliun untuk SSMS, Perkuat Dukungan pada Sektor Agribisnis Nasional
-
BRI Sabet Penghargaan ASRA 2025 untuk Laporan Keberlanjutan Terbaik