Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Jum'at, 10 Desember 2021 | 20:32 WIB
Presiden Jokowi saat temui pengungsi korban erupsi Gunung Semeru, Lumajang, Jawa Timur. [Foto BPMI Sekretariat Presiden]

SuaraMalang.id - Kualitas makanan di lokasi pengungsian bencana erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang diperika Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Surabaya, Jawa Timur, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Salah satu lokasi yang dilakukan pemeriksaan kualitas udara oleh Tim Reaksi Cepat BBTKLPP Surabaya adalah pada Posko Pengungsian SDN 4 Supiturang, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo.

Analis Laboratorium BBTKLPP Surabaya Arifah Hendra mengatakan selain memeriksa kualitas makanan dan air bersih, pihaknya melakukan pemeriksaan kualitas udara ambien (udara bebas) dan udara ruang.

"Ini kami melakukan pemeriksaan kualitas udara, kemudian juga kualitas makanan. Untuk makanan, itu sampelnya dari dapur umum," kata Arifah seperti diberitakan Antara, Jumat (10/12/2021).

Baca Juga: Hari Ketujuh Bencana Erupsi Semeru, Dua Jenazah dan Satu Bagian Tubuh Teridentifikasi

Pemeriksaan makanan, lanjut dia, dilakukan pada dapur umum yang ada tempat atau posko pengungsian.

Pemeriksaan makanan dilakukan untuk melihat kandungan nitrat, nitrit, boraks, formalin dan E.coli.

"Kita akan ambil sampelnya. Jadi dalam satu hari, ada tiga sampel. Semua dapur umum kita periksa," ujarnya.

Hasil dari pemeriksaan dan pengambilan sampel tersebut nantinya akan dianalisa di laboratorium. Kemudian, hasil analisa dan evaluasi akan dilaporkan kepada Kemenkes.

"Jadi setiap hari kita melaporkan hasil-hasil pemantauan. Karena memang kita tidak boleh kosong. Harus secara bergantian, itu harus selalu ada," katanya.

Baca Juga: Hilang saat Erupsi Semeru, Doa Alfianah Menanti Sang Ayah Kembali

Erupsi Gunung Semeru pada 4 Desember 2021 memuntahkan awan panas guguran (APG). Kecamatan Pronojiwo merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah akibat letusan Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. Pada kecamatan tersebut, ada sepuluh lokasi pengungsian dengan jumlah pengungsi mencapai 525 jiwa.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (9/12) pukul 12.00 WIB, menyebabkan 43 orang meninggal dunia dan 104 orang luka-luka. Dari total warga yang mengalami luka tersebut, 32 orang mengalami luka berat, dan sisanya luka sedang.

Sejumlah 6.022 jiwa mengungsi akibat bencara erupsi Semeru dan tersebar di 115 titik lokasi pengungsian.

Load More