SuaraMalang.id - Mencegah lebih baik dari mengobati. Ungkapan ini populer sekali untuk menjelaskan betapa pentingnya kesehatan bagi setiap orang.
Nah, bicara kesehatan, ada baiknya mengenali beberapa gejala penyakit lebih dulu agar bisa melakukan deteksi dini agar bisa tertangani dengan baik. Misalnya untuk penyakit jantung.
Seseorang yang merasakan nyeri dada sebaiknya waspada karena itu merupakan salah satu gejala penyakit jantung yang mungkin dianggap seperti penyakit biasa.
Mengutip dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Bambang Budiono, nyeri dada bisa menjadi salah satu gejala dari penyakit jantung koroner (PJK). Nyeri dada akibat jantung yang khas atau angina pektoris stabil memiliki karakteristik yang bisa dibedakan dengan nyeri dada yang tidak disebabkan oleh penyakit jantung (non cardiac).
Ciri khas nyeri dada angina pektoris dicetuskan oleh aktivitas fisik dan dapat reda dengan beristirahat. Nyeri juga terasa menjalar ke rahang, bahu atau lengan.
"Nyeri dada pada angina tidak memiliki lokasi spesifik, bisa di dada kiri atau kanan, sekitar lambung, bahkan bisa juga dirasakan di punggung sehingga tidak dapat ditentukan dengan telunjuk terkait lokasi bagian tubuh yang mengalami nyeri dada," ujar Bambang, Sabtu (2/10).
Anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini menyampaikan, keluhan penyakit jantung koroner lain adalah dada terasa tertekan benda berat atau sesak bila beraktivitas, terutama pada penderita diabetes mellitus dan usia lanjut di mana sudah muncul neuropati atau gangguan fungsi pada sistem saraf, termasuk yang memberi sensasi rasa sakit.
Nyeri dada timbul akibat adanya gangguan keseimbangan suplai dan permintaan. Otot jantung yang kekurangan suplai oksigen akan mengalami metabolism anaerob yang menghasilkan asam laktat. Produksi asam laktat berlebih pada sel-sel otot jantung ini yang mencetuskan rasa nyeri dada.
Secara umum, angina dibagi menjadi angina stabil, angina tak stabil, dan angina khas infark. Angina pektoris stabil adalah suatu keadaan di mana tak ada perubahan dalam derajat, intensitas dan frekuensi nyeri dada dalam 4 minggu terakhir.
Baca Juga: Ternyata Stres Bisa Berpengaruh Terhadap Risiko Penyakit Jantung, Ini Penjelasannya
Angina pectoris tak stabil terjadi jika terdapat peningkatan intensitas, durasi, dan frekuensi nyeri dada dalam kurun waktu empat minggu terakhir. Sementara ini, angina khas infark atau serangan jantung adalah nyeri dada hebat yang disertai keluarnya keringat dingin dan berlangsung terus menerus hingga lebih dari 20 menit.
Perbedaan nyeri dada akibat asam lambung dan nyeri dada akibat jantung
"Nyeri pada lambung pada dasarnya bisa menjadi salah satu tanda dari angina dan bisa disertai muntah atau mual, terutama jika sumbatan terjadi pada pembuluh arteri koroner kanan sehingga sering terjadi misdiagnosis karena dianggap sakit maag. Oleh karena itu, perlu dilakukan anamnesa dan pemeriksaan yang lebih teliti,' kata Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital Makassar.
Nyeri ulu hati karena sakit maag atau GERD sering disertai keluhan lain seperti rasa terbakar di sekitar dada (heart burn) akibat adanya regurgitasi asam lambung (makanan yang telah ditelan namun kembali ke kerongkongan atau mulut).
Sakit maag bisa disertai gejala penyerta lain seperti sering sendawa, kembung, dan nyeri ulu hati jika terlambat makan. Untuk memperkuat dugaan ada atau tidaknya penyempitan pembuluh darah koroner; pasien sebaiknya dilakukan pemeriksaan penunjang misalnya rekaman jantung, treadmill test, atau ekokardiografi.
Gejala nyeri dada pada gangguan maag terjadi akibat produksi asam lambung berlebihan, peradangan pada bagian kerongkongan (esophagitis) akibat regurgitasi asam lambung, dan adanya iritasi atau luka pada mukosa (lapisan kulit dalam) lambung atau duodenum (bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong).
Tag
Berita Terkait
-
Ternyata Stres Bisa Berpengaruh Terhadap Risiko Penyakit Jantung, Ini Penjelasannya
-
4 Kebiasaan yang Bisa Menjaga Jantung Tetap Sehat
-
Pasien Gangguan Irama Jantung Wajib Dapat Pantuan Dokter, Apa Alasannya?
-
Kapan Waktu Terbaik Pasien Penyakit Jantung Untuk Divaksin Covid-19?
-
Catat! Punya Penyakit Kolesterol Bisa Sembuh Tanpa Obat, Bagaimana Caranya?
Terpopuler
- 7 Body Lotion di Indomaret untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Rawat Garis Penuaan
- 7 Rekomendasi Lipstik Transferproof untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp20 Ribuan
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 14 November: Ada Beckham 111, Magic Curve, dan Gems
- 5 Sepatu Running Lokal Paling Juara: Harga Murah, Performa Berani Diadu Produk Luar
- 6 Tablet RAM 8 GB Paling Murah untuk Pekerja Kantoran, Mulai Rp2 Jutaan
Pilihan
-
Cerita Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Jenuh Dilatih Guardiola: Kami seperti Anjing
-
Mengejutkan! Pemain Keturunan Indonesia Han Willhoft-King Resmi Pensiun Dini
-
Kerugian Scam Tembus Rp7,3 Triliun: OJK Ingatkan Anak Muda Makin Rawan Jadi Korban!
-
Ketika Serambi Mekkah Menangis: Mengingat Kembali Era DOM di Aceh
-
Catatan Gila Charly van Oosterhout, Pemain Keturunan Indonesia di Ajax: 28 Laga 19 Gol
Terkini
-
Holding Ultra Mikro BRI Salurkan Rp632 Triliun untuk Perkuat Ekonomi Kerakyatan
-
Kapan Operasi Zebra Semeru 2025? Ini Penjelasan Polres Malang
-
BRI Cetak Pertumbuhan Positif Berkat Fokus pada Pemberdayaan UMKM
-
Kasus Bullying di Sukun Gegerkan Publik, Pemkot Malang Turun Tangan!
-
BRI Hadirkan Layanan di 80% Desa Lewat AgenBRILink, Dukung Ekonomi Kerakyatan Sampai Wilayah 3T