Scroll untuk membaca artikel
Abdul Aziz Mahrizal Ramadan
Rabu, 28 April 2021 | 19:57 WIB
ilustrasi Nuzulul Quran dan Lailatul Qadar. -- Alquran berukuran mini yang ditulis dengan tinta emas di Masjid Jami Daarussalaam, Pasir Jambu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (13/5). [Suara.com/Arief Hermawan P]

SuaraMalang.id - Umat muslim di Indonesia lazimnya memperingati Nuzulul Quran atau waktu pertama kali Alquran diturunkan, setiap malam 17 Ramadhan.

Hampir di seluruh tempat mengadakan seremoni layaknya memperingati Maulid Nabi, dan hari besar lainnya. Banyak cara mengisi Nuzulul Quran, mulai pengajian, istighotsah, tahlil, khataman Alquran, dan sebagainya. 

Sementara Allah menegaskan bahwa Alquran diturunkan pada malam Lailatul Qadar (Surat al-Qadar ayat 1). Malam paling spesial di bulan suci Ramadhan, malam lebih baik dari pada seribu bulan.

Melansir nu.or.id, pendapat yang paling populer bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh akhir bulan Ramadhan, salah satu indikasinya Nabi sangat menekankan Itikaf dan ibadah lainnya di waktu-waktu tersebut.

Baca Juga: Amalan Nuzulul Quran, Ini Doa yang Bisa Dipanjatkan

Pertanyaannya kemudian, bagaimana korelasi antara dua narasi di atas. Mengapa bisa berbeda antara peringatan Nuzulul Quran dan diturunkannya Alquran pada malam Lailatul Qadar?

Beberapa pakar tafsir menjelaskan bahwa Alquran diturunkan dua kali proses. Pertama, diturunkan secara keseluruhan (jumlatan wahidah). Kedua, diturunkan secara bertahap (najman najman). Sebelum diterima Nabi di bumi, Allah terlebih dahulu menurunkannya secara menyeluruh di langit dunia, dikumpulkan jadi satu di Baitul Izzah. Selanjutnya malaikat Jibril menurunkannya kepada Nabi di bumi secara berangsur, ayat demi ayat, di waktu yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan selama dua puluh tahun, pendapat lain dua puluh satu tahun.

Pakar tafsir terkemuka, Syekh Muhammad bin Ahmad al-Qurthubi menegaskan: 

“Tidak ada perbedaan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauh al-Mahfuzh pada malam Lailatul Qadar secara keseluruhan seperti penjelasan kami. Maka Al-Qur’an terlebih dahulu diletakan di Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril menurunkannya secara berangsur tentang perintah, larangan dan sebab-sebab lainnya. Demikian itu terjadi selama 20 tahun.”

Pakar sejarah Nabi, Syekh Muhammad al-Khudlari Bik menegaskan:

Baca Juga: Doa Nuzulul Quran, Bacaan Latin dan Artinya

“(Fasal Pertama kali wahyu turun). Saat Nabi menginjak usia matang, yaitu 40 tahun, Allah mengutusnya untuk alam semesta seraya menggembirakan dan memperingatkan, untuk mengeluarkan mereka dari gelapnya kebodohan menuju cahaya ilmu. Demikian itu terjadi di awal bulan Februari tahun 610 Masehi seperti yang dijelaskan Syekh Mahmud Basya sang pakar astronomi. (Namun) setelah penelitian yang cermat, telah jelas bahwa peristiwa itu terjadi pada tanggal 17 Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 Masehi.” (Syekh Muhammad al-Khudlari Bik, Nur al-Yaqin Fi Sirati Sayyid al-Mursalin, hal. 19).

Berdasar referensi di atas dapat dipahami bahwa peringatan Nuzulul Quran yang populer di Indonesia mengacu pada sejarah pertama kali turunnya Alquran dalam proses kedua, yaitu dari Baitul Izzah kepada Nabi di bumi.

Perbedaan pendapat mengenai kapan wahyu pertama turun memang tidak bisa dihindari. Selain tanggal 17 Ramadhan ada pula yang berpendapat terjadi tanggal 7, 8, dan 21 Ramadhan. Bahkan beberapa pendapat ada yang menyebut bukan di bulan Ramadhan. Namun, perayaan Nuzulul Quran di setiap tanggal 17 Ramadhan yang telah turun-temurun terlaksana tanpa ada pengingkaran dari para ulama, setidaknya memiliki pembenaran dari sudut pandang sejarah menurut satu versi.

"Oleh karenanya, tidak perlu fanatik secara berlebihan dengan menyalahkan pihak yang berbeda dengan pendapat yang diyakini. Siapa pun boleh merayakan Nuzulul Quran di selain tanggal 17 Ramadhan dengan tetap menghormati pendapat lain yang berbeda," dikutip Suara.com, Rabu (28/4/2021).

Load More